Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menhut Diminta Jelaskan Lebih Rinci Terkait 20 Juta Hektare Hutan untuk Pangan

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Raja Juli Antoni akan memanfaatkan 20 juta hektare hutan sebagai konsep pangan, energi, dan air. foto: int

SuaraTani.com - Jakarta| Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Raja Juli Antoni diminta menjelaskan secara rinci rencana pemanfaatan 20 juta hektare hutan sebagai konsep pangan, energi, dan air. 

Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, mengingatkan bahwa masyarakat sejak lama telah memanfaatkan hutan secara tradisional untuk menunjang kehidupan, seperti melalui hasil alam umbi-umbian.

"Terkait hal tersebut, kita perlu mendengarkan konsep detailnya. Apakah rencana ini akan membuka hutan secara besar-besaran yang berisiko menyebabkan deforestasi. Ataukah melalui pendekatan seperti agroforestri, perhutanan sosial, atau jasa lingkungan?" kata Daniel Johan dalam keterangannya, Rabu (8/1/2025) di Jakarta.

Ia juga menyoroti target Indonesia untuk mencapai zero net sink pada tahun 2030, yang tampaknya bertentangan dengan wacana pemanfaatan 20 juta hektare lahan hutan. 

"Pernyataan Menteri LHK ini perlu menjadi perhatian bersama. Bagaimana kita bisa mencapai zero net sink pada 2030 jika 20 juta hektare hutan akan dibuka?" tanyanya.

Daniel mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari rencana tersebut terhadap kelestarian ekosistem hutan. 

Menurutnya, konversi hutan menjadi area pertanian, meski dapat meningkatkan produktivitas pangan, berisiko merusak keanekaragaman hayati, ekosistem alami, dan mempercepat perubahan iklim.

"Hutan memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan iklim, melindungi sumber daya air, dan menjadi habitat bagi spesies yang terancam punah. Semua ini harus dipertimbangkan," ungkapnya.

Begitupun, ia menyatakan dukungannya terhadap visi besar Presiden Prabowo terkait swasembada pangan. Namun, kebijakan tersebut harus dijalankan dengan cermat dan tidak mengorbankan kelestarian lingkungan.

"Saya sangat mendukung kebijakan swasembada pangan Presiden Prabowo. Kita harus berdaulat dan mandiri dalam pangan, tetapi para pembantu Presiden harus memastikan rencana ini sejalan dengan kelestarian hutan," tegasnya.

Sebagai alternatif, Daniel Johan menyarankan agar pemerintah memanfaatkan lahan pertanian yang saat ini belum diusahakan. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, terdapat sekitar 11,77 juta hektare lahan yang dapat dioptimalkan untuk mendukung swasembada pangan.

"Lahan ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan lahan pertanian. Dengan begitu, wacana membuka 20 juta hektare hutan dapat dihindari," jelasnya. * (wulandari)