SuaraTani.com - Jakarta| Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, dan Duta Besar (Dubes) Singapura untuk Indonesia, Y.M. Kwok Fook Seng, berdiskusi tentang diplomasi agama, persatuan budaya, serta tradisi bersama.
Menag menyampaikan bahwa agama adalah tuntunan masyarakat untuk hidup lebih baik.
“Tanpa agama untuk masyarakat yang religius, saya pikir, kita tidak bisa membayangkan kehidupan yang lebih baik.” ujar Menag dalam pertemuannya dengan Dubes Singapura di kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta, Jumat (6/12/2024).
Ia menjelaskan praktik inovatif Indonesia dalam mempromosikan inklusivitas dan persatuan.
“Kami menggunakan masjid, kami menggunakan salam, semua ruang publik, semua tempat ibadah, sebagai titik pemetaan. Kami telah bergabung dengan non-Muslim untuk melakukan kegiatan bersama,” kata sosok yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
“Kami membayangkan, di masa depan, setiap Jumat semua biksu, semua pendeta mendiskusikan perbedaan dalam kesatuan, lalu bisa dilanjutkan sarapan bersama. Kebersamaan ini adalah kearifan lokal kami,” tambahnya.
Menag Nasaruddin menjelaskan peran Indonesia dalam melestarikan warisan budaya dan agama di Asia Tenggara. Konsep ini bukan hanya untuk Indonesia, tetapi untuk Asia Tenggara, terutama tradisi Melayu.
"Jika orang ingin pergi ke Malaysia atau Indonesia, ada kesamaan unik. Ini adalah modal kita, salah satu modal kita,” ujarnya.
Senada dengan Menag, Dubes Kwok Fook Seng menyatakan bahwa agama seharusnya menjadi pemersatu, bukan pemecah.
“Memang sangat penting untuk fokus pada persatuan. Persatuan, yes. Terpecah belah, no. Sebenarnya, jika kita melihat ke dalam inti dari agama, benar-benar hanya ada sedikit perbedaan,” pungkas Dubes. * (wulandari)