SuaraTani.com - Medan| Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat, sekira 1.468,5 hektare tanaman padi terdampak banjir yang terjadi akibat hujan deras.
"Dari luasan, sekitar 67 hektare tanaman padi mengalami puso. Itu hanya untuk tanaman padi saja, belum jagung dan kacang tanah," kata Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH), Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Marino, ketika dihubungi lewat WhatsApp, Sabtu (30/11/2024).
Menurut Marino, luas tanaman padi yang terdampak banjir tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi di Sumut.
Adapun kabupaten/kota yang terkena dampak perubahan iklim atau banjir pada posisi 29 November 2024 yakni,
1. Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) terkena 38 hektare diantaranya puso 30 hektare yakni di Kecamatan Sayur Matinggi dan Batang Angkola.
2. Kabupaten Padanglawas (Palas), terkena 307 hektare diantaranya puso 37 hektare yakni di Kecamatan Ulu Sosa, Barumun Barat, Sosopan, Barumun Baru, Aek Nabara, Ulu Barumun, dan Huristak.
3. Kota Medan, terkena 9 hektare yakni di Medan Deli, Medan Marelan dan Medan Labuhan.
4. Asahan, terkena 10 hektare yakni di Kecamatan Meranti
5. Deliserdang, terkena 454,5 hektare yakni di Lubuk Pakam, Beringin, Batang Kuis, dan Hamparan Perak.
6. Karo, terkena 565 hektare yakni di Lau Baleng dan Mardinding.
7. Batubara, terkena 65 hektare yakni di Kecamatan Air Putih.
Marino juga mengatakan, tanaman padi yang rusak terkena banjir ada yang masih di persemaian. Seperti di Kabupaten Palas.
Tanaman padi yang ada di persemaian yang terkena banjir seluas 27 hektare dan satu hektare diantaranya mengalami puso yakni di Kecamatan Sosa Julu. Kemudian, di Kabaupaten Asahan yang terkena 7 hektare yakni di Kecamatan Meranti.
"Jadi, total tanaman padi yang terkena banjir di persemaian seluas 34 hektare dan satu hektare puso," ujar Marino.
Sedangkan untuk tanaman jagung yang terkena banjir, menurut Marino seluas 2,5 hektare di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo.
"Sementara untuk tanaman kacang tanah yang terkena banjir ada seluas tiga hektare di Kabupaten Palas dan semuanya puso," sebut Marino.
Terhadap upaya-upaya yang dilakukan, Marino mengatakan, Pertama, Dinas Ketapang TPH Sumut telah mengintruksikan kepada seluruh Petugas Lapang Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) agar meningkatkan pengamatan.
Untuk melihat perkembangan banjir terhadap pertanaman dan melaporkannya secara insidentil ke UPT PTPH dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Dinas Ketapang TPH Sumut.
Kedua, memberikan rekomendasi upaya penanganan yang tepat kepada petani antara lain dengan melakukan normalisasi/pembersihan saluran air, dan melakukan pompanisasi jika memungkinkan
Ketiga, mengintruksikan kepada POPT untuk me data pertanaman yang mengalami puso akibat dampak banjir dengan melengkapi foto open camera (titik koordinat) dan melaporkannya ke UPT PTPH dan PMKP yang tembusannya ke Dinas Pertanian setempat.
"Keempat atau yang terakhir, mengintruksikan kepada POPT untuk mengaktifkan posko-posko disetiap desa dan kecamatan," tutup Marino. * (junita sianturi)