Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Komisi I: Retret Kabinet Merah Putih Minimalisir Egosektoral Besarnya Kementerian

Presiden Prabowo bersama para menteri melakukan Retret Kabinet Merah Putih (KMP) di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, foto: ist

SuaraTani.com - Jakarta| Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ahmad Heryawan mengapresiasi pembekalan Retret Kabinet Merah Putih (KMP) di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, yang dinilainya sebagai momentum untuk memperkuat soliditas dan kesinergisan para anggotanya.

"Acara retret tersebut merupakan momen untuk memperkuat soliditas dan sinergisitas antar-menteri dalam Kabinet Merah Putih," kata Aher, sapaan karibnya, dalam keterangan di Jakarta, Jumat (25/10/2024).

Dikatakannya, dengan melakukan kegiatan bersama di lingkungan yang berbeda, diharapkan dapat meningkatkan kekompakan dan pemahaman yang lebih baik antaranggota kabinet. 

Diketahui, Presiden RI Prabowo Subianto bersama Kabinet Merah Putih menggelar retret di Magelang pada 24-27 Oktober 2024. 

Kegiatan ini menjadi bagian dari pembekalan para menteri, wakil menteri, dan kepala dari badan dan lembaga pada kabinet pimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Pada sidang paripurna kabinet perdana, Rabu (23/10/2024), Presiden Prabowo Subianto mengatakan pembekalan menteri di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, diharapkan bisa membawa aura tradisi keberanian hingga heroisme bagi menteri kabinet. Karena Magelang merupakan daerah sentra perlawanan pada masa penjajahan.

Sebab, kata dia, tantangan yang dihadapi oleh pemerintahan Prabowo-Gibran sangat kompleks, mulai dari persoalan dinamika politik global hingga tantangan ekonomi yang serba sulit. 

"Tentu memerlukan kesatuan sikap dan pandangan, bagaimana mengatasi persoalan itu semua," ucap politisi Fraksi PKS ini. 

Ia juga menilai pembekalan anggota KMP di Akmil, Magelang, juga dilakukan agar dapat menekan potensi egosektoral antar-kementerian. 

"Saya paham, jumlah kementerian saat ini sangat besar, ada sekitar 53 kementerian dan lembaga setingkat kementerian. Tantangan utamanya adalah koordinasi lintas sektoral yang selama ini masih bermasalah, masih adanya problem ego sektoral," tuturnya.

Aher menilai, dengan gaya kepemimpinan Presiden Prabowo yang berlatar belakang militer, tentu para menteri perlu dikondisikan dengan gaya kepemimpinan beliau sehingga potensi egosektoral dapat diminimalisasi.

Adapun terkait anggapan cara-cara militeristik yang digunakan oleh pemerintahan Prabowo, dia menilai hal itu bergantung pada perspektif masing-masing pihak.

"Terkait pandangan pemerintahan rasa militer, sepertinya dari perspektif mana kita melihat. Mungkin itu cara beliau dengan latar belakangnya dalam upaya mendisiplinkan para menterinya, menyamakan persepsi, dan bagaimana bersikap yang tepat," kata Aher.

Di sisi lain, dia memandang bahwa Prabowo memperhatikan nilai-nilai demokrasi, yang tampak dari pidato perdana yang disampaikan-nya usai dilantik sebagai Presiden Ke-8 RI pada Minggu (20/10/2024).

"Demokrasi yang cocok dan khas dengan kepribadian Indonesia. Ini yang perlu terus kita ingatkan ke beliau agar terus menghargai pendapat-pendapat yang muncul dari seluruh komponen bangsa sebagai kontribusi dalam memperkuat bangsa dan negara. Sekaligus juga akan memperkuat pemerintahan Pak Prabowo," tutupnya. * (wulandari)