Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

USU Laksanakan Program Pengabdian pada Masyarakat Pembuatan Ekoenzim di Kepenghuluan Bagan Batu

Ketua Pelaksana Kegiatan dari USU, Prof. Dr. Juliati Br Tarigan, S.Si., M.Si saat memberikan pemaparan tentang pemanfaatan sampah organik menjadi ekoenzim. foto: ist

SuaraTani.com – Medan| Saat ini sampah menjadi permasalahan yang sangat besar di tanah air. Penanganan sampah yang baik akan memberikan dampak positif bagi lingkungan.

Karena itulah, Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar Pengabdian Pada Masyarakat skema Kolaborasi dengan kegiatan Sosialisasi Manfaatkan Sampah Organik menjadi Ekoenzim.

Kegiatan tersebut bekerjasama dengan Universitas Riau (Unri) dan Kepenghuluan Bagan Batu yang digelar di Kepenghuluan Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, pada 29-30 Juli 2024.

Ketua Pelaksana Kegiatan dari USU, Prof. Dr. Juliati Br Tarigan, S.Si., M.Si, mengatakan penanganan sampah sangat penting dalam kehidupan untuk menjaga lingkungan tetap sehat.

Tidak hanya masyarakat, pasar tradisional juga termasuk penyumbang sampah terbesar setiap hari. Termasuk Pasar Tradisional Bagan Batu.

“Pasar ini menghasilkan sampah sebanyak 2 - 2,5 ton per hari. Dimana 80 - 85% merupakan sampah organik sehingga sangat potensial digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan ekoenzim,” kata Juliati kepada wartawan, Minggu (15/9/2024) di Medan.

Menumpuknya sampah organik kata Juliati, akan mengakibatkan dampak negatif seperti pencemaran tanah, pencemaran air, system drainase, gas metan, efek rumah kaca serta penyakit seperti leptospirosis, diare, kolera, tifus, demam berdarah.

Di sisi lain, masyarakat di Kepenghuluan Bagan Batu secara umum memiliki pekerjaan bertani, berternak, berjualan dan  buruh di pasar tersebut.

Sehingga hal ini dapat diberdayakan dengan memanfaatkan sampah organik sebagai bahan dasar dalam pembuatan ekoenzim. Di mana produk tersebut dapat diaplikasikan masyarakat setempat sebagai pupuk organik cair (POC).

“Ekoenzim yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk kesehatan, pemeliharaan ternak, dan pembersih rumah tangga,” jelas staf pengajar di USU ini. 

Juliati yang didampingi Anggota 1, Eko Kornelius Sitepu dan Anggota 2, Chairul, ST, mengatakan, ekoenzim yang dihasilkan juga dibuat menjadi produk sabun ekoenzim. 

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat skema Kolaborasi dengan kegiatan Sosialisasi Manfaatkan Sampah Organik menjadi Ekoenzim. foto: ist

Ekoenzim menurut Juliati, sangat bermanfaat sekali bagi kehidupan  yaitu  melepaskan gas ozon (O3) ke udara. Sehingga O3 dapat mengurangi karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang memperangkap panas di awan.

“Dengan demikian akan mengurangi efek rumah kaca dan global warming. Juga mengurangi produksi gas metana (CH4) dari sampah, mengubah ammonia (NH3) menjadi nitrat (NO3) yang merupakan hormon alami dan nutrisi untuk tanaman,” ujarnya.

Ekoenzim juga mengubah sampah dapur menjadi berguna untuk desinfektan, pembersih rumah tangga alami, tanaman, ternak, lingkungan hidup, starter kompos dan lain-lain. 

“Sehingga sinergi pengolahan sampah menjadi ekoenzim, sabun serta pemanfaatan produk ekoenzim dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh masyarakat Kepenghuluan Bagan Batu,” terangnya.

Eko Sitepu menambahkan, adapun metode pelaksanaan yang dilakukan meliputi survei awal  (survei mitra) juga keberadaan sampah di Pasar Tradisional Bagan Batu.

Kemudian sosialisasi pemilahan sampah, pelaksanaan (kegiatan  pembuatan ekoenzim dan sabun ekoenzim), dan evaluasi hasil kegiatan. 

“Pelatihan pembuatan ekoenzim dari sampah organik dan sabun ekoenzim telah dilakukan. Semua peserta merasa antusias dan  peserta telah dapat membuat ekoenzim dan menggunakannya sebagai bahan pembuatan sabun,” jelas Eko Sitepu. 

Anggota Chairul ST MT, berharap Program Pengabdian kepada masyarakat tentang pembuatan ekoenzim dan sabun ekoenzim di Kepenghuluan Bagan Batu dapat berdampak positif meningkatkan pengetahuan masyarakat. * (junita sianturi)