SuaraTani.com - Bandung| Badan Geologi Kementerian ESDM memperkirakan gempa yang mengguncang Kepulauan Sangihe dengan magnitudo M 7,0 diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman di selatan Filipina dengan mekanisme sesar naik sudut landai.
Berdasarkan data Badan Geologi, wilayah terdampak gempa bumi berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
Diketahui gempa bumi mengguncang Kota Tahuna, ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, dengan kekuatan M 7,0 pada kedalaman 632 km.
"Berdasarkan informasi dari BMKG, lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada koordinat 123,28 BT dan 6,14 LU, berjarak sekitar 370 km barat laut," ujar Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid di Bandung, Kamis (11/7).
Menurutnya, lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Daerah ini pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai dan pada bagian tengahnya merupakan perbukitan bergelombang hingga terjal.
Menurut data Badan Geologi (BG) daerah tersebut tersusun oleh tanah lunak (kelas E) dan tanah sedang (kelas D) pada morfologi pantai, serta tanah keras (kelas C) pada morfologi perbukitan.
Batuannya tersusun oleh endapan Kuarter yang terdiri dari endapan pantai dan batuan rombakan gunungapi muda yang sebagian telah mengalami pelapukan.
Endapan Kuarter dan batuan rombakan gunung api muda yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan. Sehingga rawan guncangan gempa bumi.
Mengenai penyebab gempa, Wafid mengatakan, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari USGS Amerika Serikat, kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman di selatan Filipina dengan mekanisme sesar naik sudut landai.
Sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.
Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut. Namun diperkirakan tidak mengakibatkan deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.
Menurut data Badan Geologi pantai di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud tergolong rawan tsunami, dengan potensi tinggi tsunami di pantai mencapai sekitar 5 m hingga 9,8 m," jelas Wafid.
Wafid mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.
Dan, jangan percaya oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
"Karena tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. Bangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud harus dibangun dengan menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan," tutup Wafid. * (jasmin)