Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bapanas Dorong Peningkatan Produktivitas Petani Tebu dan Rendemen Gula

Bapanas mendorong percepatan swasembada gula untuk mengembalikan kejayaan gula nusantara. foto: ist

SuaraTani.com - Jakarta| Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong percepatan swasembada gula untuk mengembalikan kejayaan gula nusantara. 

Hal itu dikemukakan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam Seminar Nasional Strategi Peningkatan Ketersediaan Pasokan, Stabilisasi Harga, dan Pencapaian Swasembada Gula Tebu di Indonesia.

Kegiatan tersebut diselenggarakan secara hybrid di kantor Bapanas, Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Arief mengatakan, salah satu strategi percepatan swasembada gula ialah dengan meningkatkan produktivitas tanaman tebu dan rendemen gula. 

Selain dengan melakukan ekstensifikasi 700.000 hektare, juga perlu dilakukan upaya-upaya intensifikasi antara lain melalui bongkar ratoon, penyediaan benih unggul, penyediaan pupuk dan alsintan, serta revitalisasi pabrik-pabrik gula.

“Selama rendemen kita masih di bawah 8 persen memang tidak efisien. Jadi nanti ke depan kita mau minta tolong sama ahlinya, yaitu BRIN untuk dicarikan benih/bibit varietas yang baik. Disesuaikan dengan wilayahnya, harus muncul varietas-varietas baru sehingga tebu yang dihasilkan seperti yang memang citakan bersama-sama,” tutur Arief.

Karena itu, kata Arief, teknis di lapangan seperti pupuk, bongkar ratoon menjadi penting. Menurutnya, intensifikasi melalui kegiatan bongkar ratoon dan penggunaan bibit unggul akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman tebu sehingga bisa mencapai target 93 ton/hektar. 

"Ini harus diikuti dengan upaya penyediaan pupuk, pengairan yang baik, dan alsintan yang memadai yang dapat mendukung upaya-upaya peningkatan produktivitas," jelasnya.

Sementara itu pembangunan closed loop industri gula nasional juga menurut Arief, terus dilakukan bersama BUMN Pangan dan asosiasi pelaku usaha guna mewujudkan ekosistem pangan nasional yang kuat dan berkelanjutan.

Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN)/Sugar Co Mahmudi mengungkapkan, pihaknya bersama Kemenko Perekonomian tengah melakukan pengkajian model pembiayaan untuk membantu petani tebu mendapatkan modal yang terjangkau. 

Model pembiayaan khusus ini nantinya diharapkan dapat mempermudah petani mendapatkan modal dengan bunga rendah yang akan diikuti dengan penyiapan 200 personil pendamping petani agar kegiatan di pangan bisa berjalan efektif dan efisien.

"Jadi nanti di samping penerapan model pembiayaan khusus, ke depan kami siapkan hingga 200 personil SGN untuk turun ke lapangan membantu dan mendampingi petani. Sehingga bisa lebih efektif dan efisien," ungkap Mahmudi. 

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI) Soemitro Samadikoen yang hadir secara luring menjelaskan, rendemen yang tinggi akan dapat menekan biaya produksi dan penurunan harga di konsumen. 

Menurutnya dengan rendemen mencapai 10% petani bisa menghasilkan 5 juta ton per tahun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi dalam negeri 3 juta ton per tahun. 

"Ini dari simulasi yang kita buat, tidak harus sampai 12. Dengan rendemen 10 persen saja bisa memenuhi kebutuhan gula nasional dan menekan harga pokok produksi. Inilah salah satu upaya konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan petani gula rakyat," jelas Soemitro.

Dalam kesempatan itu, Arief juga mendorong para pelaku usaha untuk membeli gula petani dengan harga yang wajar, minimal Rp14.500/kg. Dengan begitu petaninya senang dan bisa tetap menanam. 

"Kemudian harga di hilirnya Rp17.500/kg, di wilayah 3T sekitar Rp18.500/kg, dan ini kita jaga bersama-sama,” tutup Arief. * (jasmin)