SuaraTani.com - Jakarta| Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah antisipatif terhadap dampak kasus anti dumping udang beku Indonesia di pasar AS melalui diversifikasi pasar ke beberapa negara potensial.
"Kita perlu optimalkan pasar potensial mengingat pangsa pasar udang Indonesia masih kecil," jelas Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, yang dikutip Jumat (14/6/2024) di Jakarta.
Budi mengatakan, pengenaan tarif anti dumping dan countervailing duties (CVD) membuat udang beku Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar Amerika Serikat.
Karena itu, kata Budi, KKP terus berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kemenkomarves dan para pelaku udang di hulu-hilir guna memastikan kelancaran ekspor ke Amerika Serikat (AS).
KKP juga telah mengirimkan surat kepada Kedubes RI di Washington DC untuk mendapatkan dukungan komunikasi dengan otoritas AS. Hal ini diperlukan dalam proses hearing guna pembelaan terhadap hasil preliminary determintation margin dumping udang beku Indonesia.
"Kami terus bergerak melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna menyikapi tuduhan otoritas AS terhadap udang dari Indonesia," tegas Budi.
Berdasarkan data ITC Export Potential, udang mentah beku Indonesia (HS 030617) masih memiliki peluang di pasar Tiongkok dan Jepang.
Sementara udang matang beku (HS 160521) potensial untuk pasar Jepang, Australia, dan Korea Selatan.
Budi memaparkan potensi peluang pasar ke keempat negara tersebut mencapai USD800 juta, setara dengan volume 121 ribu ton udang beku. Artinya, ada peluang pasar altenatif, mengingat kualitas udang Indonesia tak kalah dengan negara lain.
Dikatakan Budi, upaya diversifikasi pasar udang Indonesia tentunya perlu didukung dengan peningkatan efisiensi usaha di budi daya, pengolahan dan logistik. Sehingga harga udang Indonesia lebih kompetitif.
Senada, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Erwin Dwiyana memaparkan udang Indonesia di pasar Tiongkok masih terbuka. Hal itu ditunjukkan dengan gap peluang ekspor sampai tahun 2028 diperkirakan sebesar USD544 juta.
"Khusus pasar Tiongkok, harga udang kita masih dapat bersaing dengan Ekuador," urai Erwin.
Adapun di pasar Jepang gap peluang ekspor udang hingga tahun 2028 diperkirakan mencapai USD214 juta. Jepang merupakan pasar optimis bagi udang beku dan udang olahan Indonesia.
"Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara penyuplai udang terbesar ke pasar Jepang dengan pangsa pasar 16,5% bersaing dengan Vietnam dan Thailand," jelas Erwin.
Selanjutnya, Korea Selatan merupakan pasar potensial dengan gap peluang ekspor diperkirakan sebesar USD26 juta hingga tahun 2028. Kompetitor Indonesia di pasar Korea Selatan antara lain Vietnam dan Thailand.
Sedangkan untuk pasar Australia yang juga merupakan pasar potensial udang memiliki perkiraan gap peluang ekspor sebesar USD30 juta.
"Kita baru berkontribusi 1,32% di pasar udang Australia," tutupnya. * (putri)