SuaraTani.com - Cilacap| Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengajak Country Director for World Food Programme (WFP) Indonesia Jennifer Kim Rosenzweig melihat pengelolaan stok beras di Gudang Perum Bulog Gumilir Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (12/6/2024).
Arief menunjukkan kepada Jennifer bahwa beras yang dikelola Bulog benar-benar berkualitas. Dan, beras inilah yang dibagikan secara gratis oleh Pemerintah Indonesia ke masyarakat sebagai bantuan pangan.
Menurut Arief, Indonesia terbukti memiliki fokus terhadap pengentasan kerawanan pangan dan dukungan pemenuhan gizi masyarakat.
"Hari ini bersama Miss Jeniffer dari WFP, kita tunjukkan beras Bulog yang merupakan sumber bantuan pangan yang telah laksanakan dalam 2 tahun terakhir. Ini yang dibagikan secara gratis kepada 22 juta keluarga untuk menopang perekonomian masyarakat berpendapatan rendah," ujar Arief.
Arief juga mengatakan, Pemerintah Indonesia masih terus menyalurkan bantuan pangan penurunan stunting ke 1,4 juta keluarga. Dan, bantuan pangan intervensi kerawanan pangan ke 45 ribu keluarga.
"Tadi ada usulan Miss Jennifer untuk memasukkan beras fortifikasi ke paket bantuan pangan juga. Itu bagus sekali, tentu jadi pertimbangan kami," urainya.
Senada dengan itu, Country Director for WFP Indonesia Jennifer Kim Rosenzweig mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan penggunaan beras fortifikasi. Hal ini untuk semakin menunjang ketersediaan gizi bagi masyarakat secara lebih ekspansif.
Beras fortifikasi dapat menjadi sumber karbohidrat yang dapat diperkaya dengan berbagai zat gizi mikro. Seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, asam folat, zat besi, dan zinc.
Dengan kandungan sarat nutrisi tersebut dapat kian menyehatkan dan membantu penurunan angka stunting di Indonesia.
Berdasarkan data gabungan UNICEF, WHO, dan Bank Dunia diestimasikan prevalensi balita stunting di seluruh dunia sebesar 22,3 persen atau sebanyak 148,1 juta jiwa pada 2022. Dari total itu, sebanyak 76,6 juta berasal dari kawasan Asia.
Sementara di Indonesia, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat rerata nasional terkait prevalensi stunting di angka 21,5 persen.
Disebutkan dalam SKI, sekitar 1 dari 5 balita di Indonesia mengalami stunting dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 24 sampai 35 bulan.
Kunjungan Kepala Bapanas tersebut turut dihadiri oleh Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, Nyoto Suwignyo.
Hadir juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Christoveny, dan Pimpinan Cabang Bulog Banyumas Prawoko Setyo Aji. * (putri)