Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

NBS Indonesia Capai Rp112,5 Triliun per Tahun

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di acara Forum dialog yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana bersama dengan World Economic Forum, Minggu (19/5/2024). foto: ist

SuaraTani.com - Jakarta| Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar dan menghasilkan pendapatan dari penjualan karbon. 

Berdasarkan penelitian berbagai lembaga termasuk Mc Kinsey Indonesia, diperkirakan Nature Based Solutions (NBS) atau Ecological Based Approach (EBA) yang dimiliki mencapai 1,5 GT CO2eq per tahun. Atau sekitar Rp112,5 triliun atau USD7,1.

"Saat kita menuju masa depan net-zero, kita mengacu pada Konsensus COP28 UEA. Semua pihak berkomitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil. Mempercepat pengurangan emisi NDC yang ambisius dan berskala ekonomi. Mendorong tiga kali lipat energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi energi pada tahun 2030," ujar Menko.

Menko Luhut mengatakan itu di acara Forum dialog yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana bersama dengan World Economic Forum, Minggu (19/5/2024).

Indonesia kata Luhut, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya secara berkelanjutan. Dan, menghasilkan pendapatan dari penjualan karbon melalui mekanisme carbon pricing yang berstandar internasional.

 Luhut juga menyinggung inisiatif Indonesia sela-sela KTT G20 yakni Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang menurutnya juga dapat menjadi solusi mengahadapi tantangan global perubahan iklim.

Menurutnya, GBFA juga mendukung pencapaian SDGs untuk negara-negara berkembang, LDCs, negara kepulauan, dan Kolaborasi Global Selatan. 

"Melalui GBFA, kami meletakkan dasar bagi perubahan transformatif, memanfaatkan keuangan campuran dan pengetahuan masa depan untuk mempercepat penciptaan nilai dan investasi di sektor-sektor ekonomi utama. Seperti energi, hutan, ekonomi biru, termasuk hutan bakau dan lamun, kesehatan infrastruktur, dan keberlanjutan. pariwisata," jelas Luhut.

Luhut menambahkan, GBFA bukan hanya solusi untuk mengatasi transisi energi. Namun, Indonesia juga memimpin dalam bidang hutan dan bakau sebagai bagian dari Solusi Berbasis Alam untuk aksi iklim.

Sejalan dengan hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berharap GBFA dapat membantu Indonesia mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

"Kami juga berharap bahwa G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA) dapat mendukung program kami mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060," kata Arifin.

Untuk meujudkannya, NZE pemerintah akan melakukan diversifikasi energi dengan mengoptimalkan pemanfataan sumber-sumber energi terbarukan.

"Kami yakin bahwa kami dapat mencapai target dan melaksanakan peta jalan, meskipun terdapat beberapa tantangan,"pungkas Arifin.

Diversifikasi energi adalah kunci untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Dengan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, target ini dapat tercapai dan Indonesia dapat beralih ke masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. * (wulandari)