SuaraTani.com - Bandung| Masyarakat sekitar Gunung Semeru diminta untuk mewaspadai erupsi berupa awan panas dan guguran lava, dan lahar.
Masyarakat, pengunjung maupun wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
"Pada Kamis, 28 Maret 2024 pukul 15.18 WIB, telah terjadi erupsi Gunung Semeru berupa awan panas. Dengan jarak luncur tidak diketahui dikarenakan visual Gunung Semeru tertutup kabut," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, Jumat (29/3/2024) di Bandung.
Dikatakannya, erupsi terekam di seismogram dengan amplitude maksimum 37 mm dan durasi 27 menit. Sementara tinggi kolom abu erupsi tidak dapat teramati karena Gunung Semeru tertutup kabut.
Hal tersebut menurut Wafid memperlihatkan aktivitas Gunung Semeru berupa erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi. Namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.
Selain berpotensi terjadi awan panas, kata Wafid, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi.
Material guguran lava atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.
Pemantauan deformasi dengan peralatan Tiltmeter dan GPS kontinu pada periode ini masih berfluktuasi. Namun diakhir periode pengamatan menunjukan adanya pola yang relatif menurun pada bagian bawah tubuh Gunung Semeru.
Dan, di bagian atas menunjukkan proses inflasi, yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunungapi ke permukaan bersamaan. Dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.
"Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini,"jelas Wafid. * (jasmin)