Analis keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin,
mengatakan, kinerja mata uang rupiah yang mengalami tekanan selama sesi
perdagangan hari ini pada dasarnya tidak
sendirian.
Di sesi perdagangan Asia, Dolar AS juga terpantau mengalami
penguatan terhadap sejumlah mata uang seperti Yen Jepang, Dolar Singapura,
hingga yuan China.
“Sejauh ini, dolar AS memang bisa saja diuntungkan dengan
rilis data inflasi AS pada perdagangan besok. Itu kalau data inflasinya
menggiring sikap hawkish pejabat Bank Sentral AS. Atau data pertumbuhan ekonomi
AS yang bisa saja lebih baik dari ekspektasi, sekalipun realisasinya tetap
mengalami perlambatan,” ujar Gunawan di Medan, Rabu (28/2/2024).
Di sisi lain, kata Gunawan, indeks harga saham gabungan (IHSG)
pada perdagangan hari ini bergerak berbeda dengan sejumlah bursa di Asia yang
mengalami tekanan cukup signifikan.
Bursa Hang Seng mengalami tekanan dan ditutup melemah 1.59%,
sementara bursa saham Shanghai mengalami pelemahan sebesar 1.91%.
Pelemahan bursa Hang Seng seiring dengan kebijakan
pemerintah Hongkong yang membatalkan pengetatan sektor propertinya.
IHSG sendiri ditutup menguat 0.59% di level 7.328,64.
Kinerja IHSG berlawanan arah dengan sejumlah bursa di Asia
lainnya, yang disinyalir dipicu oleh faktor teknikal setelah IHSG mengalami
tekanan di sesi perdagangan sebelumnya.
IHSG sendiri juga belum mendapatkan dorongan fundamental
khususnya sentimen dari tanah air di pekan ini.
“Rilis data inflasi tanah air pada bulan Februari yang
berpeluang mengalami kenaikan justru menjadi gambaran bawa IHSG masih rawan
tertekan. terlebih mata uang rupiah yang juga berada dalam tekanan akhir akhir
ini,” kata Gunawan menerangkan.
Sementara itu, harga emas juga kembali mengalami tekanan dan
ditransaksikan lebih rendah di level US$2.026 per ons troy. *(ika)