Grafik IHSG pada perdagangan Selasa (16/1/2024). Pada perdagangan hari ini, pasar keuangan bersikap hati-hati.suaratani.com-istKinerja indeks bursa saham di AS pada perdagangan sebelumnya juga terpantau begerak sideways.
Dan sejumlah indikator lainnya seperti kinerja obligasi di AS terpantau bergerak stabil di area 3.93%.
Analis keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, sejumah bursa di Asia pada perdagangan pagi ini juga bergeraks sideways dengan kecenderungan mengalami pelemahan.
Ditambah lagi minimnya agenda ekonomi pada hari ini, akan membuat pasar keuangan tidak memiliki acuan pergerakan yang lebih terarah.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada sesi perdagangan pagi ini ditransaksikan melemah dikisaran level 7.220 setelah sempat menguat sesaat dibuka.
IHSG berpeluang ditransaksikan dalam rentang 7.180 hingga 7.240 pada perdagangan hari ini.
"Di sisi lain, memanasnya situasi di Laut Merah sangat berpeluang untuk menjadi beban bagi kinerja pasar keuangan," ujar Gunawan di Medan, Selasa (16/1/2024).
Di sisi lainnya, kata Gunawan, mata uang rupiah ditransaksikan melemah di kisaran level 15.590 per dolar AS pada sesi perdagangan pagi.
Rupiah diproyeksikana kana bergerak terbatas dalam rentang 15.550 hingga 15.590 di hari ini.
Tensi geopolitik yang memanas menjadi kabar buruk bagi pasar keuangan dalam beberapa pekan terakhir.
"Pasar menjadi sangat rapuh dan pelaku pasar dihadapkan pada sentimen yang sifatnya acak," katanya .
Sementara harga emas masih melanjutkan tren penguatannya. Harga emas tepantau bergerak naik dikisaran level US$2.055 per ounce troy pada sesi perdagangan hari ini.
Emas berpeluang untuk menguat ditengah kabar memburuknya tensi geopolitik, yang turut dibarengi dengan sikap Bank Sentral AS yang akan menurunkan bunga acuan di tahun ini.
Pelaku pasar saat ini tengah menanti rilis data pertumbuhan ekonomi China serta kebijakan suku bunga acuan yang akan diambil oleh Bank Indonesia pada perdagangan besok.
"Pelaku pasar diproyeksikan akan lebih berhati-hati ditengah potensi kinerja ekonomi China yang lebih buruk dari ekspektasi, serta potensi memburuknya tensi geopolitik yang tak terduga," pungkasnya. *(ika)
