Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kembali Surplus, Kepala BKF: Ketahanan Eksternal Indonesia Masih Terjaga namun Tetap Waspada

Seorang pekerja mengawasi proses bongkar muat kontainer. Di bulanNovember, neraca perdagangan Indonesia  masih surplus US$2,41 miliar.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Jakarta| Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,41 miliar pada bulan November 2023. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, mengatakan, kinerja neraca perdagangan Indonesia yang masih surplus mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang masih terjaga di tengah peningkatan risiko global.

“Meski demikian, pemerintah akan terus mewaspadai risiko global yang masih eskalatif ini dengan mengoptimalkan peran APBN untuk menyerap gejolak yang terjadi sehingga meminimalisasi dampaknya ke ekonomi nasional,” ujar Febrio.

Febrio mengungkapkan kondisi surplus neraca perdagangan pada November 2023 menambah catatan surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 43 bulan berturut-turut. 

Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia selama Januari hingga November 2023 mengalami surplus US$33,63 miliar.

Di sisi lain, ekspor Indonesia pada bulan November 2023 tercatat US$22,00 miliar, menurun sebesar 0,67% dibandingkan bulan lalu (mtm) dan terkontraksi 8,56% dibandingkan bulan November 2022 (yoy). 

Sementara itu, secara kumulatif Januari hingga November, ekspor tercatat sebesar US$236,41 miliar. 

Meskipun demikian, jika dilihat secara volume, ekspor Indonesia pada bulan November masih tumbuh sebesar 6,5% (yoy) atau 7,2% (ytd) secara kumulatif. 

Adapun impor Indonesia di bulan November 2023 tercatat sebesar US$19,59 miliar, naik 4,89% dibandingkan bulan lalu (mtm) atau 3,29% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Febrio menjelaskan peningkatan impor didorong oleh impor barang modal dan konsumsi yang tumbuh masing-masing sebesar 13,66% (yoy) dan 19,82% (yoy). 

Sumbangan terhadap impor barang konsumsi terbesar berasal dari produk makanan dan minuman untuk rumah tangga yaitu sebesar 31,38%, kemudian disusul produk barang konsumsi setengah tahan lama sebesar 17,24%. Sementara, impor bahan baku atau penolong terkontraksi sebesar 1,05% (yoy). 

“Secara kumulatif, impor Indonesia pada periode Januari sampai dengan November 2023 mencapai US$202,78 miliar,” kata Febrio. 

Febrio menyebut perlambatan permintaan global yang mempengaruhi aktivitas perdagangan tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga dihadapi oleh negara mitra dagang Indonesia.

Seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, yang mencatatkan kontraksi pada aktivitas ekspor dan impornya. Pada level regional, kontraksi ekspor dan impor juga terjadi di Malaysia dan Singapura.

“Beberapa kebijakan pemerintah seperti keberlanjutan hilirisasi SDA (sumber daya alam), peningkatan daya saing produk ekspor nasional, dan diversifikasi negara mitra dagang utama, diharapkan juga mampu tetap menjaga kinerja positif ekspor Indonesia di tengah aktivitas global yang masih menantang,” ujar Febrio. *(jasmin)