Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Suarakan Anti Hate Speech di Media Sosial, Cara IOH Tingkatkan Literasi Digital ke Anak Muda Indonesia

AVP-Head of Direct Sales Prepaid IOH, Idil Darwan, VP- Corporate Brand Activation LOH, Siti Sarah, Creative Concept & CCO (Chief Creative Officer) Nafasi TV, Jovial da Lopez, Produser/sutradara film asal Medan, Diana Srimiliana Saragih, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan FIS UINSU Abdul Karim Batubara, diabadikan bersama usai media updat Festival Film Pendek SOS 2023, di kampus UINSU Kecamatan Medan Tuntungan.suaratani.com-ist

Suaratani.com - Medan| Media sosial saat ini menjadi alat berkomunikasi dengan siapa pun tanpa ada hambatan dan jarak. 

Melalui media sosial masyarakat bebas menyampaikan pendapat di dunia maya. Namun hati-hati. Jika tidak bijak, media sosial bisa menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian (hate speech).

Sofia, menunjukkan komentar ujaran kebencian di akun Instagram pribadinya, saat ditemui di rumahnya di daerah Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Minggu (26/11/2023). 

Komentar di postingan itu, saat Sofia sedang hang out dengan temannya. Si pemberi komentar mengatakan ia tak layak untuk nongkrong di sebuah kafe karena dianggap orang tak mampu. 

"Komentar hate speech tentang kehidupan dan kondisi ekonomi Ofi (sapaan akrabnya-red), kak. Apalagi Ofi putus kuliah. Jadi komentar-komentar itu hampir ada kalau Ofi posting di feed Instagram," katanya.

Sofia memang pernah kuliah di salah satu universitas swasta di Kota Medan. Namun, karena satu dan lain hal ia memilih tidak melanjutkan kuliah. Ia pun memilih untuk berdagang makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Hate speech itu sudah gak peduli lagi kak. Selama mencari makan yang halal dan gak minta sama mereka biarin saja. Meski sempat sakit hati, tapi Ofi saat ini nyantai aja, kak. Jadi kalau mau posting-posting di Instagram kalau ada yang komen hate speech ya silahkan saja," ujarnya.

Sofia mengakui sebelumnya sempat ingin membawa ke jalur hukum dengan melaporkan salah satu komentar temannya yang bernada penghinaan. 

Tetapi, itu diurungkannya karena ia tak mau buang-buang waktu membalas hal tersebut. "Pernah ingin lapor, tapi dipikir-pikir ngapain ya. Ya diurungkan jadinya," ungkapnya.

Aturan hukum diatur dalam UU ITE

Kepala Seksi Penerangan Hukum (Kasi Penkum) Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Yos A Tarigan, menuturkan, perbuatan ujaran kebencian merupakan perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan.

"Masih adanya prasangka buruk atau kebencian pengguna media sosial kepada orang lain sehingga mengunakan media sosial sebagai sarana menyampaikan kritikan atau penghinaan. Padahal jelas, semua ada aturan hukumnya dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) di dalam Pasal 27 Ayat 2, yang telah mengatur," ungkapnya, Senin (27/11/2023)

Yos menambahkan pihaknya khawatir dampak dari ujaran kebencian ini. Untuk mencegah hal ini, pihaknya terus mengedukasi masyarakat untuk bijak menggunakan media sosial, agar tidak terjerat kasus hukum terkait ujaran kebencian.

"Kita ada program penyeluhun dan penerangan hukum. Kita sosialisasi ke sekolah-sekolah, kampus, kantor pemerintahan dan lembaga swasta lainnya. Kita kampanyekan untuk berhati-hati di media sosial karena sekarang istilah yang tren adalah  'jarimu adalah harimau mu'," sebutnya.

Berdasarkan data penggunaan media sosial di Indonesia dilansir data reportal, pada tahun 2023, terdapat total 167 juta pengguna media sosial. 153 juta adalah pengguna di atas usia 18 tahun, yang merupakan 79,5% dari total populasi di Indonesia.

Sejalan dengan pencegahan ujaran kebencian di media sosial, PT Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) berkolaborasi dengan Narasi menggelar ajang Festival Film Pendek Save Our Socmed (SOS) 2023.

Ajang ini sebagai kampanye anti hate speech dengan tema ‘Bicara Baik di Digital, Hindari Emosi Tanpa Substansi’ ini menyasar mahasiswa dan juga masyarakat umum sebagai peserta.

Peningkatan literasi digital

AVP- Head of Direct Sales Prepaid IOH, Idil Darwan, menjelaskan IOH terus meningkatkan literasi digital dan bijak bermedia sosial ke masyarakat. 

Sebab, penyedia layanan internet terkemuka di Indonesia ini mendorong peningkatan dalam rangka percepatan transformasi digital di Indonesia.

"Kita berharap manfaat dari transformasi digital ini bisa dinikmati seluruh masyarakat dalam berkomunikasi positif. Meski memang kemanfaatan dari internet selama ini dimanfaatkan oleh sekelompok orang dalam menyampaikan hal-hal yang kurang pantas, bullying, hoaks atau ujaran  kebencian," terangnya.

Kota Medan sebagai kota pertama roadshow kampus Festival Film Pendek SOS 2023 bertempat di Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, pada Rabu 8 November 2023. 

Turut hadir di media update turut hadir AVP- Corporate Brand Activation IOH, Siti Sarah, Creative Concept & CCO (Chief Creative Officer) Nafasi TV, Jovial da Lopez, Produser/sutradara film asal Medan, Diana Srimiliana Saragih, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan FIS UINSU Abdul Karim Batubara.

Media sosial bukan tempat menebar kebencian

SVP-Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang, dalam keterangan tertulis sebelumnya mengatakan kompetisi pembuatan film pendek bertujuan untuk menginspirasi anak muda Indonesia agar bijak dalam menggunakan media sosial sekaligus meningkatkan literasi digital mereka. 

Sebagai wadah kreativitas anak muda, ajang ini berlangsung mulail pendaftaran dibuka pada 26 Oktober 2023 hingga pengumuman pemenang pada Februari 2024 mendatang. 

“Media sosial merupakan rumah dari berbagai karya dan tempat kita berkolaborasi bersama. Media sosial, harusnya jadi tempat yang nyaman untuk kita, bukan tempat menebar kebencian," kata Steve. 

Melalui kampanye ini, lanjutnya, Indosat mengajak generasi muda untuk #BijakBerkreasiTanpaBatas, di mana kekuatan cerita dan visual dapat menyebarkan pesan perdamaian, kesetaraan, dan toleransi. 

"Dengan dukungan teknologi dan digitalisasi, kita dapat mengubah dunia serta membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli dengan sesama," ungkapnya. 

Steve menegaskan ujaran kebencian dapat menjadi awal terjadinya polarisasi. Maka sebab itu, menjadi pendorong IOH  untuk berkontribusi menyampaikan narasi positif di dunia digital melalui pendekatan kreatif. 

“Harapannya, kampanye ini dapat menginspirasi berbagai pihak untuk bergotong royong menciptakan media sosial sebagai tempat yang lebih bermakna untuk kita. "nyaman dan aman untuk berekspresi,” ungkap Steve.  

Program Festival Film Pendek SOS yang telah sukses terselenggara sejak 2021 ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial (CSR) Indosat di pilar Pendidikan Digital yang memiliki rangkaian kegiatan seperti roadshow ke berbagai kampus, sosialisasi, workshop pelatihan, seleksi penjurian, dan acara pengumuman pemenangnya. 

Seluruh anak muda di Indonesia bisa mengikuti kompetisi ini dengan mengirimkan karya secara online. Nantinya, hasil karya dari pemenang kompetisi akan ditampilkan dalam acara Anugerah Karya Festival Film Pendek SOS 2024.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Founder Narasi, Najwa Shihab, mengungkapkan inisiatif Indosat menyelenggarakan Festival Film Pendek SOS 2023 harus didukung. 

Sebagai kawan kolaborasi, pihaknya punya semangat serupa, melawan penyebaran ujaran kebencian. 

"Apalagi, kita sudah memasuki hari-hari jelang pesta demokrasi yang rentan menjadi lahan subur ulah tingkah informasi yang memecah belah. Lewat film-film pendek ini, kami berharap dapat memberikan suara dan gagasan yang dibutuhkan tentang kesetaraan, toleransi, dan perdamaian," pungkasnya. *(ika)