Seperti sorgum, jagung, sukun, hanjeli, sagu dan lain sebagainya yang perlu digali dan dimanfaatkan.
"Maka dari itu diversifikasi pangan berbasis potensi dan kearifan lokal menjadi solusi jangka panjang melalui penyediaan pangan yang beragam bagi 278 penduduk Indonesia. Hal ini sejalan dengan tema yang diangkat pada peringatan HPS Provinsi Jawa Barat tahun ini, yaitu Wujudkan Kedaulatan Pangan Melalui Diversifikasi Pangan Lokal," ujar Andriko.
Diversifikasi pangan selama ini belum berjalan dengan baik yang diindikasikan dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang masih bergantung pada komoditas beras dan kurangnya konsumsi pangan sumber protein hewani, sayuran dan buah, serta umbi-umbian.
Skor PPH tahun 2022 dan 2023 telah mencapai target RJPMN 2020-2024 masing-masing sebesar 92,9 dan 94,1.
Namun rumah tangga yang berada pada kuintil 1 dan 2 (Susenas BPS) memiliki kualitas konsumsi pangan masih rendah yang beresiko meningkatkan masalah gizi dan kesehatan masyarakat serta menurunkan produktivitas.
Tantangan ini merupakan peluang untuk mengembangkan penganekaragaman pangan yang berbasis pada potensi sumber daya pangan lokal sebagai alternatif sumber pangan.
Hal ini tentu saja dapat terwujud karena Indonesia merupakan negara ke-3 terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Dimana setiap wilayah memiliki potensi pangan lokal yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi alamnya.
“Pengembangan produk pangan lokal menjadi salah satu strategi dalam mendukung kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor," tambah Andriko.
Sejalan dengan arahan Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi bahwa urusan pangan adalah urusan bersama, maka kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia. *(putri)