Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meski Diboikot, Ekonomi Israel Diproyeksi Tetap Tumbuh

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin.suaratani.com-ist

SuaraTani.com - Medan Israel memang bukan negara besar dimana Indonesia menggantungkan ekspornya. Share ekspor Indonesia ke Israel hanya 0.07%.

Israel dijadwalkan akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga pada pagi dini hari nanti, yang diproyeksikan naik dari 3.1% dikuartal sebelumnya menjadi 3.5%.

Ekonom Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, rilis data pertumbuhan ekonomi Israel tersebut tentunya belum mencerminkan kondisi ekonomi Israel pasca serangan hamas yang terjadi di kuartal keempat.

"Karena serangan Hamas ke Israel dilakukan di awal oktober, yang berlanjut pada gerakan atau aksi boikot produk Israel maupun produk perusahaan yang terafiliasi Israel di tanah air,' sebut Gunawan di Medan, Kamis (16/11/2023).

Aksi boikot pun disebutkan Gunawan diikuti dengan langkah MUI yang mengeluarkan fatwa haram terhadap produk Israel, maupun produk yang terafiliasi dengan Israel dan dilanjutkan dengan kemungkinan mencabut sertifikat halal di perusahaan tersebut.

Diatas kertas kebijakan ini sangat berpotensi menekan kinerja perusahaan yang menjadi target MUI.

Terlebih bagi perusahaan yang menjual produk makanan cepat saji. Akan sangat dengan mudah terdampak dari kebijakan tersebut.

Untuk melihat bagaimana kinerjanya memang sulit, karena harus menanti rilis penjualan dari perusahaan yang produknya masuk dalam daftar produk diharamkan oleh MUI.

Namun ada cara yang lebih mudah untuk melihatnya, yakni memantau perkembangan harga saham perusahaan tersebut di bursa efek Indonesia (BEI).

Dari hasil pengamatannya, kata Gunawan, mayoritas perusahaan yang menjual produk yang diharamkan MUI bergerak dalam kecenderungan melemah khususnya setelah awal Oktober kemarin.

"Artinya harga saham perusahaan tersebut turun beriringan dengan meningkatnya aksi protes ke Israel, maupun boikot produk perusahaan yang terafiliasi mendukung gerakan Israel," terangnya.

Hanya saja menurut Gunawan, belum tentu 100% penurunan harga saham dikarenakan aksi boikot, karena ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan harga suatu saham.

Hanya saja, aksi boikot saat ini inline dengan pelemahan harga saham perusahaan yang terjadi belakangan ini.

Aksi boikot ini menjadi aksi dalam mendukung kegiatan kemanusiaan dalam mendukung rakyat palestina yang menjadi korban serangan Israel.

Namun kita juga harus mewaspadai kemungkinan terjadinya PHK pada perusahaan yang di boikot tersebut.

Kalau dilihat dari sisi mikronya, boikot ini bisa menjadi peluang ekonomi bagi subtitusi produk yang sama yang dihasilkan oleh pelaku usaha lain, serta menjadi bencana bagi mereka yang harus kehilangan pekerjaan.

Nah kalau bagi negara Israel sendiri, boikot di tanah air tidak akan memberikan pukulan besar bagi perekonomian Israel. Namun beda halnya dengan boikot yang dilakukan dengan lebih luas atau global.

Meskipun begitu, kita harus menunggu bagaimana realisasi kinerja ekonomi Israel pada tahun fiskal 2023 nantinya. Kita baru akan melihat kinerjanya di kuartal pertama tahun depan.

"Tapi tak ubahnya negara yang mengalami perang seperti Rusia – Ukraina serta Hamas – Israel. Umumnya negara yang terlibat konflik akan mengalami gangguan pada pertumbuhan ekonominya," pungkasnya. *(ika)