SuaraTani.com – Medan| Harga daging ayam mulai mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini. Di Kota Medan, harga daging ayam naik sekitar Rp2.000 hingga Rp3.000 per kilogram (Kg).
Mengacu kepada PIHPS, di Kota Medan, harga daging ayam rata-rata dijual Rp27.600 per Kg, dari harga sebelumnya dikisaran Rp25.300 per Kg nya.
Tetapi menurut Ketua Tim Pemantau Harga Bahan Pokok Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, meskipun naik, harga daging ayam sejauh ini masih dibawah harga keekonomiannya.
Demand atau permintaan menjelang Nataru memang kerap atau selalu mengalami kenaikan. Dan sejauh ini indeks produksi peternak yang ia hitung mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan dengan bulan Oktober sebelumnya.
Dimana produksi ayam peternak pada bulan Desember mendatang justru diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan produksi di bulan ini.
Potensi penurunan produksi sebesar 20% ini jadi ancaman kemungkinan kenaikan harga daging ayam. Meski demikian kenaikan harga daging ayam di bulan Desember ini nantinya masih akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama.
“2 faktor utama itu adalah daya beli atau konsumsi daging ayam, dan harga komoditas pangan subtitusi seperti ikan segar,” kata Gunawan Benjamin di Medan, Kamis (30/11/2023).
Konsumsi pada dasarnya diproyeksi akan mengalami kenaikan dibandingkan dengan hari biasa. Tetapi pertaruhan besar akan diambil banyak peternak menjelang Nataru ini.
Pertaruhanya adalah bagaimana mengatur supply agar memberikan cuan, disaat konsumsi tengah mengalami pelemahan.
Dan sepanjang tahun 2023 dari total 330 hari yang sudah dilewati, harga daging ayam diatas harga keekonomiannya hanya berlangsung tidak lebih dari 30%.
Artinya hanya sekitar 100 hari harga daging ayam memberikan keuntungan bagi peternak, karena harganya diatas harga keekonomian (Rp30 ribu hingga Rp33 ribu) di level pengecer.
Sementara sisa 30 hari menjelang tutup tahun ini, mustahil bagi peternak baik itu peternak mandiri maupun peternak komersial bisa menutup segala kerugian yang dihasilkan sepanjang tahun.
“Saya mengamati sepanjang tahun 2023, supply atau produksi ayam potong kerap mengalami penurunan namun harga justru tidak mengalami kenaikan bahkan lebih sering menurun. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha, dan tahun 2023 ini menjadi masa kelam bagi usaha ternak ayam potong,” sebutnya.
Dampak dari kerugian ini menurut Gunawan memang harus dikaji secara lebih mendalam untuk mengetahui multiflier efek yang bisa terjadi di tahun 2024 mendatang.
Seperti rembesan masalah yang bisa meluas pada penyerapan tenaga kerja atau bahkan yang lebih buruk yakni terjadinya pengurangan tenaga kerja. *(ika)