Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hadapi Nataru, Bapanas Dorong Penguatan Stok Pangan di Pasar-Pasar yang dikelola Pemda

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, saat menghadiri High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang dilaksanakan di Balai Agung Provinsi DKI Jakarta, Rabu (29/11/2023).suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Jakarta| Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA), Arief Prasetyo Adi, mendorong pemerintah daerah untuk lakukan penguatan stok pangan di pasar-pasar.

Penguatan stok perlu dilakukan terutama oleh 4 provinsi yakni terutama DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah, menjelang perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru).

Hal ini disampaikannya dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang dilaksanakan di Balai Agung Provinsi DKI Jakarta,  Rabu (29/11/2023).

"Mumpung kita masih ada waktu menjelang Nataru tahun ini, tolong dipastikan distribusi stok pangan dapat selesai tepat waktu. Kalau stoknya punya masa simpan lama yang panjang tidak ada masalah, terus di stok saja. Tapi kalau misalnya cabai yang tidak tahan lama, itu perlu diperhatikan. Ini penting karena jika stok di pulau Jawa aman, secara nasional juga bisa aman. Tentunya ini sebagai upaya kita mengendalikan inflasi dan harga pangan bagi masyarakat," imbuhnya.

Inflasi nasional di Oktober tercatat 2,56% secara tahunan dan mengalami kenaikan dibandingkan September yang berada ada di 2,28%. 

Sementara inflasi untuk Provinsi DKI Jakarta secara tahunan mencapai angka 2,08%, di bawah rata-rata inflasi nasional. 

Begitu pula, inflasi untuk Provinsi Banten yang masih di bawah rata-rata inflasi nasional, yakni di angka 2,35%. Sementara inflasi Provinsi Jawa Barat berada di angka 2,58%. 

Dari 3 provinsi tersebut, penyumbang inflasi terbesar adalah beras.

"Kita perlu dorong dan dukung produksi beras dalam negeri. Ini karena kalau areal tanam di bawah 1 juta hektar, kita bisa alami defisit. Kebutuhan konsumsi beras nasional tiap bulan perlu sekitar 2,5 juta ton. Untuk itu, mari kita hand in hand dukung Kementerian teknis wujudkan itu," ungkap Arief.

"Kalau di Jakarta memang lebih banyak menahan dan menjaga inflasi, namun di daerah lain, perlu juga untuk menjaga harga di tingkat petani, terutama beras. NTPP (Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan) saat ini merupakan yang tertinggi, tapi sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, di hilir juga harus dikendalikan harga di masyarakat," sambungnya.

Sebagaimana diketahui, NTPP di Oktober 2023 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 114,55. 

Ini mengalami kenaikan sebesar 2,68% dibandingkan bulan sebelumnya dan kenaikan sebesar 12,34% dibandingkan Oktober tahun sebelumnya.

Arief juga turut menyoroti kondisi cabai yang terjadi belakangan ini. Ia mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang menggalakkan urban farming untuk mengatasi harga cabai yang mulai meninggi di pasar.

"Terkait cabai, tempo hari urban farming yang digagas Bapak Pj (Penjabat) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, itu keren dan bisa jadi percontohan bagi daerah lain. kita harus hand in hand, termasuk dalam pengelolaan pasar. Ini supaya tidak terjadi disparitas harga yang mencolok antara satu pasar dengan pasar lainnya," tandasnya.

Kepala NFA juga mendorong pimpinan daerah untuk terus gencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang sampai Oktober telah digelar sampai 1.468 titik se-Indonesia. 

Arief juga mendorong terus dilaksanakan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) untuk menjaga stok dan harga komoditas pangan.

"GPM menjadi strategi kita bersama Bapak Mendagri (Menteri Dalam Negeri) Tito Karnavian untuk pengendalian inflasi pangan. Lalu ada FDP, jika daerah punya keterbatasan anggaran untuk FDP, NFA siap membantu. Terakhir, mohon didukung Bulog dan ID FOOD dalam penyaluran bantuan pangan ke masyarakat, yang akan terus dilanjutkan sampai tahun depan" pungkasnya. *(putri)