Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pupuk Mahal Nggak Masalah Lagi! Kini Panenku Berlimpah, Tanahku pun Sehat

Gambar atas, tanaman kangkung milik Kelompok Tani Sehat yang baru ditanam. Gambar bawah, Sutejo, Ketua Kelompok Tani Sehat yang sedang membuat lemang. 

SuaraTani.com - Langkat| Pagi menjelang siang hari itu, bus pariwisata yang membawa rombongan wartawan berhenti persis di pinggir jalan raya Binjai, Namu Ukur Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Tepatnya di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai. Ada pemandangan yang sedikit aneh terlihat di sana. 

Yakni kesibukan sejumlah orang di saung (dangau/gubuk kecil untuk petani beristirahat) yang ada di lokasi itu. Mereka seakan membuat kelompoknya masing-masing. 

Di saung pertama ada sekelompok ibu-ibu sedang menyusun makanan berupa kue-kue dan minuman. Tidak jauh dari sana, terlihat kaum bapak dan ibu-ibu sedang mengisi beras ke dalam potongan bambu yang panjangnya antara 40-50 cm.

Kedua saung itu berada di lokasi lahan pertanian yang sebagian telah ditanami sayuran dan sebagian lagi masih dalam keadaan kosong.

“Sedang buat apa Pak?” sapa penulis. 

“Buat lemang, Bu,” jawab seorang pria yang sibuk mengisi beras ketan ke dalam bambu-bambu hijau yang sudah dilapisi daun pisang. 

Pria berkumis tebal itu bernama Sutejo. Ia adalah Ketua Kelompok Tani Sehat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim.

Hari itu, Kamis, 14 September 2023, seluruh petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sehat berkumpul dan bergotong royong membuat lemang yang rasanya maknyus.

Mereka berkumpul untuk menyambut tamu yang telah berjasa bagi kelompok tani mereka. Tamu yang dimaksud adalah tim dari AQUA yang datang bersama rombongan wartawan dari Medan.

Begitulah kebiasaan orang desa kalau menyambut tamunya. Mereka akan menyuguhkan sejumlah makanan  yang mereka olah sendiri.

Rombongan tim AQUA dan wartawan dipandu langsung oleh Michael Liemena, Corporate Communications Manager at PT. Tirta Investama (AQUA Group). 

Turut mendampingi Michael Liemena adalah Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA  Langkat, Jimmi Simorangkir. Kemudian, External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos.

Hidup Sehat Bersama AQUA

Supriyanto, pengurus Kelompok Tani Sehat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim. foto: junita sianturi

Kedatangan rombongan wartawan dan tim AQUA ke Desa Pasar VI Kwala Mencirim bukan tanpa alasan. Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Sehat yang berjumlahkan lebih kurang 30 orang merupakan binaan dari Pabrik AQUA Langkat.

Mereka tergolong sukses dalam membangun pertanian sehat sesuai nama kelompok taninya, Tani Sehat. Bahkan mereka juga berhasil merubah mindset anggota kelompok tani untuk membangun pertanian ramah lingkungan.

Semua itu berawal dari kesulitan mereka dalam memperoleh pupuk khususnya pupuk subsidi. Ditambah dengan mahalnya harga pupuk non subsidi yang membuat biaya produksi petani semakin tinggi.

Seperti yang diakui Supriyanto, seorang pengurus Kelompok Tani Sehat. Petani sering merugi karena hasil  penjualan panen tidak sebanding dengan tingginya biaya produksi yang harus mereka keluarkan.

“Kalau saja harga cabai di bawah Rp20.000 per kilogram (kg) sudah pas-pasan itu sama petani. Tak ada untung,” aku Supriyanto.

Salah satu komponen yang paling besar dari bertani menurutnya, adalah pupuk. Saat ini pemerintah sudah mengurangi alokasi pupuk subsidi bahkan akan segera menghapusnya.  

Akibatnya, tidak semua petani bisa mendapat pupuk subsidi. Sedangkan untuk membeli pupuk nonsubsidi harganya sangat mahal.

Di saat kesulitan itu mendera petani, kata Supriyanto, mereka bertemu dengan pihak AQUA Langkat, tepatnya tahun 2019 lalu.

“Singkat cerita AQUA datang dan mengajarkan kami bagaimana menghasilkan pertanian yang sehat, ramah lingkungan,” katanya yang diwawancarai secara khusus. 

Dari situlah kemudian Kelompok Tani Sehat terbentuk sejalan dengan pengenalan program pertanian ramah lingkungan. Khususnya untuk masyarakat Desa Pasar VI Kwala Mencirim.

“AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Sources of Indonesia (SOI) mulai mengajarkan kami cara membuat pupuk kompos baik padat maupun cair,” jelasnya.

Mereka berkumpul di saung itu dua kali seminggu untuk belajar bersama.  

"Kami saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sambil terus belajar bagaimana mengelola pertanian ramah lingkungan untuk kemudian diterapkan di lahan masing-masing," tambah Supriyanto. 

Dalam hal pembuatan kompos, mereka memanfaatkan kotoran ternak milik petani dan masyarakat desa yang rata-rata memiliki ternak.

Sekira 80 persen masyarakat di Desa Pasar VI memiliki ternak sapi. Kotoran ternak itulah yang kemudian mereka kumpulkan dan diolah di rumah kompos yang dibangun AQUA Langkat ini.

Meski bukan pertanian organik, namun sistem pertanian yang Supriyanto lakukan bersama anggota lainnya telah mengurangi penggunaan bahan-baha kimia sintetik.

Petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia sintetik, begitu juga dengan penggunaan pestisida.

“Takarannya sudah berkurang hampir 80 persen. Kami juga sudah menggunakan pestisida hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Intinya kami mulai meninggalkan pemakaian pupuk kimia,” ujarnya.

Pendapatan Meningkat

Michael Liemena, Corporate Communications Manager at PT. Tirta Investama (AQUA Group) bersama Tim AQUA Langkat dan petani binaan di Desa Pasar VI Kwala Mencirim memperlihatkan pupuk organik yang diproduksi petani dan hasil pertaanian ramah lingkungan. foto: junitasianturi

Dalam menjalankan misi mereka, yakni menghasilkan pertanian sehat dan ramah lingkungan, AQUA Langkat kembali membuat gebrakan. 

Mereka menyewa lahan pertanian sekira 1.600 meter persis di pinggir jalan raya Binjai, Namu Ukur. Lahan itu untuk dijadikan etalase Kelompok Tani Sehat dalam memproduksi pertanian ramah lingkungan.

“Benih-benih sayuran semua disediakan AQUA Langkat, seperti benih kangkung, bayam, sawi, dan lain sebagainya,” aku Supriyanto.

Dengan begitu masyarakat dapat melihat secara langsung pertanian yang dijalankan Kelompok Tani Sehat.

Tanaman tumbuh subur, produksi meningkat, biaya produksi rendah dan kesehatan tanah tetap terjaga.

“Jadi lahan ini sebagai tempat pembelajaran, edukasi baik kepada kelompok tani sendiri maupun petani di luar kelompok,” jelasnya. 

Sebagai pelopor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia yang didirikan tahun 1973, kehadiran AQUA di Desa Pasar VI Kwala Mencirim telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat. 

Tidak hanya dalam menjaga lingkungan tetap sehat, tetapi juga menyehatkan masyarakat dengan mengonsumi sayuran segar tanpa terkontaminasi kimia sintetik.

Bahkan dari segi pendapatan, petani Kelompok Tani Sehat telah merasakan  adanya peningkatan finansial.

Supriyanto sendiri mengaku merasa lebih berbahagia setelah mengembangkan pertanian ramah lingkungan. 

Padahal diawal-awal pembelajaran penggunaan pupuk kompos, banyak petani yang ragu bahkan tidak percaya termasuk dirinya. 

“Ragu pupuk kompos tidak bisa memberikan hasil yang sama dengan penggunaan pupuk kimia sintetik,” ujarnya. 

Namun, setelah pengenalan metode Sekolah Lapang dengan System of Rice Intensification (SRI) hasil yang diperoleh justru menyamai hasil panen biasa dan cenderung meningkat.

Selain itu petani tidak lagi mengeluarkan biaya besar untuk membeli pupuk yang saat ini cukup sulit diperoleh. Para petani hanya memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di sekitar desa. 

"Sekarang kami tidak ragu lagi untuk bertani. Karena melalui pertanian ramah lingkungan kami selalu mendapatkan keuntungan finansial. Dulu, banyak dana harus kami keluarkan membeli pupuk kimia. Sesudah itu hasil pertanian kami tidak mampu menutupi pengeluaran," jelas Supriyanto. 

Ia juga mengklaim dengan menggunakan pupuk organik mereka dapat memperbaiki dan mengembalikan kesuburan tanah. Sehingga hasil pertanian pun ikut meningkat.

Keberhasilan Kelompok Tani Sehat dalam menjalankan pertanian ramah lingkungan diakui Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA  Langkat, Jimmi Simorangkir.

Menurutnya, masyarakat di sekitar Pabrik AQUA Langkat kini dapat mengandalkan pendapatannya dari sektor pertanian. 

“Pendapatan meningkat, alampun terjaga,” ujarnya.

Bahkan pupuk organik yang mereka hasilkan mulai mereka pasarkan. Apalagi pupuk tersebut telah mengantongi izin mutu dan izin edar dari lembaga terkait.

Tidak hanya itu, untuk ibu-ibu tani, Pabrik AQUA Langkat juga punya program tersendiri bersama mitra pelaksana Yayasan Sources of Indonesia (SOI).

Direktur Eksekutif SOI Renta Morina E. Nababan, mengatakan, pihaknya mengedukasi, mendampingi, dan membentuk Kelompok Pertanian Pekarangan Ramah Lingkungan.

Kelompok Pekarangan Ibu Kreatif (PIK) namanya. Kelompok ini berdiri sejak tahun 2020. 

“Mulanya kami hanya mengajak ibu-ibu mengelola sampah rumah tangga menjadi eco enzyim. Dan, eco enzyim itu dapat dimanfaatkan untuk tanaman pekarangan rumah mereka,” ujarnya.

Hasil dari pekarangan rumah itu, terbukti mereka mampu membantu para ibu menyediakan makanan yang sehat di meja makan keluarga masing-masing. 

“Bahkan, sebagian hasil panen itu mereka jual untuk menambah pendapatan keluarga,” terang Iren sapaan akrab Renta Morina.

External Relations Danone-AQUA Wilayah Sumatera, Wirnos, mengatakan, keberhasilan program tersebut bukti bahwa Pabrik AQUA Langkat tidak hanya sekedar menjalankan bisnis semata.

“AQUA tidak hanya menghasilkan air minum dalam kemasan yang berkualitas tinggi yang bermanfaat untuk kesehatan saja. Tetapi juga menjalankan berbagai kegiatan yang membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar. Yang pada akhirnya turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya. * (junita sianturi)

Tulisan ini disertakan untuk mengikuti lomba yang digelar AQUA