Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Potensi Pertanian yang Besar Modal Sumut Wujudkan Ketahanan dan Kedaulatan Pangan

Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Hassanudin menjadi narasumber pada Seminar Nasional Ketahanan Pangan dalam rangka Dies Natalis ke - 60 Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Sumatera Utara di Ballroom Bank Sumut Lt. 10 Jalan Imam Bonjol Nomor 18 Medan, Sabtu (14/10/2023).suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Wilayah yang luas, baik darat maupun laut, menjadikan Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi pertanian yang sangat besar, dalam mendukung terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan.

Diketahui, Wilayah darat sekitar 72 juta hektare,  lahan sawah  sekitar 348.000 hektare, dan luas lahan kering 1 juta hektare. 

Hal ini dikatakan Penjabat (Pj) Gubernur Sumut, Hassanudin, saat menjadi Keynote Speaker Seminar Nasional tentang Ketahanan Pangan  yang dilaksanakan Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) di Ballroom Bank Sumut, Lantai 10, Jalan Imam Bonjol, Nomor 18 Medan, Sabtu (14/10/2023).

“Ini adalah potensi yang sangat besar, bila dikelola dengan baik akan mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk Sumut sekitar 15 juta orang,” kata Hassanudin.

Menurut Hassanudin, isu pangan menjadi salah satu persoalan global dan juga masih menjadi permasalahan di Sumut. Terutama karena  berkontribusi penyumbang inflasi dari bergejolaknya harga pangan.

“Saat kita bicara ketahanan pangan, khususnya di Sumut, ada dua isu utama yakni bergejolaknya harga-harga pangan, terutama beras sebagai sumber pangan utama masyarakat sebagai penyumbang inflasi terbesar yakni 0.64 % pada September 2023, dan yang kedua adalah belum semua komoditas pangan mampu swasembada,” jelasnya.

Dikatakannya, indeks ketahanan pangan Sumut mengalami penurunan dari 78,3 tahun 2021 menjadi 71,22 tahun 2022. Ini tentunya harus menjadi perhatian bersama.

Indeks ini merupakan indek komposit yang terdiri dari aspek ketersediaan, keterjangakauan, keamanan maupun keberlanjutan.

Dijelaskannya, Pemprov Sumut dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan telah melakukan berbagai kebijakan dan program.

Antara lain, mempertahankan dan meningkatkan swasembada beras melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi, mendorong hilirisasi hasil-hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dengan mempromosikan ekonomi sirkuler, dengan konsep pertanian terpadu atau agro industri.

“Termasuk mendorong penguatan kelembagaan petani dan kemitraan dengan pola close loop, dengan memotong mata rantai agar pasokan lebih cepat sampai ke konsumen,” terangnya.

Hassanudin juga menjelaskan, upaya yang dilakukan Pemprovsu tidak terlepas dari masih banyaknya persoalan di sektor pertanian tanaman pangan.

Antara lain ketersediaan bibit unggul yang bersertifikat belum mencukupi, pemanfaatan ketersediaan air, sarana produksi yang terbatas, hama dan cuaca, SDM dan kelembagaan petani yang berdampak pada penurunan produktivitas dan menganggu ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. 

Untuk itu, dia berharap, PIKI bisa membantu Pemprov Sumut memberikan solusi dan gagasan agar produktivitas pertanian meningkat sehingga ketahanan pangan Sumut bisa terus terjaga.

“Saya harap seminar hari ini tidak berhenti sampai di sini, tentu kami dari pemerintah sangat berharap ada hal-hal yang bisa secara konstruktif disampaikan kepada kami untuk sama-sama kita mewujudkan ketahanan pangan di Sumut,” harapnya

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PIKI Sumut Naslindo Sirait mengatakan, seminar hari ini bagian dari aktifitas akademik memecahkan masalah-masalah, khususnya terkait ketahanan pangan di Sumut. 

“Kita tahu isu food security (ketahanan pangan) baik sisi ketersedian, keterjangkauan, keamanan dan keberlanjutan semuanya belum terpenuhi masih ada beberapa hal yang harus kita selesaikan,” Jelasnya.

Disampaikan juga dalam menjaga ketahanan pangan PIKI telah menggagas penggunaan pupuk organik berbahan baku dari ikan Red Devil di Danau Toba untuk para petani di Kabupaten Toba, Kabupaten Humbanghasundutan dan Kabupaten Dairi. 

Saat ini terus disosialisasikan kepada masyarakat sehingga diharapkan akan mengurangi biaya pupuk dan juga hasil produksi yang meningkat. 

PIKI juga mendorong hilirisasi produk-produk hasil pertanian untuk bisa diolah menjadi bahan setengah jadi, bahkan barang jadi, sehingga terjadi hilirisasi di desa. 

Untuk kemanan produk PIKI juga mendukug sertifikasi halal, sehingga para UMKM makanan dan minuman tahun 2024 wajib sertifikasi halal untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat

Naslindo berharap seminar ini akan melahirkan berbagai rekomendasi yang bisa diwujudkan dan diimplementasikan.

Agar ketahanan pangan di Sumut akan bertumbuh dan terjaga dengan baik, sekaligus momentum untuk meningkatkan prekonomian dan transpormasi prekonomian di Sumut. *(wulandari)