Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meski Ditutup Menguat, Kinerja IHSG Pekan Ini Lebih Buruk Dibanding Pekan Lalu

Papan penunjuk kinerja IHSG. Di akhir pekan ini, IHSG mampu ditutup menguat.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Kinerja sejumlah bursa di Asia mencatatkan penguatan pada perdagangan hari ini. 

Kekhawatiran yang sempat muncul seiring dengan tekanan yang terjadi pada bursa di Amerika, tidak begitu berdampak terhadap sejumlah bursa di kawasan Asia. 

Indeks harga saham gabungan (IHSG) bahkan mampu mencatatkan penguatan 0.66% di level 6.758,79 pada akhir pekan ini.

Tetapi menurut Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, secara keseluruhan, kinerja IHSG di pekan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan kinerja di akhir pekan sebelumnya di level 6.849. 

Di pekan ini, kinerja IHSG bergerak sangat volatile seiring dengan dinamika politik dan ekonomi yang mengalami peningkatan. 

“Dan pelaku pasar juga tengah menanti rilis data inflasi AS, yang akan menentukan kinerja pasar keuangan Asia di awal pekan kedepan,” ujar Gunawan Benjamin di Medan, Jumat (27/10/2023).

Sementara itu, kinerja mata uang rupiah pada perdagangan hari ini disebutkan Gunawan ditransaksikan melemah di level 15.935 per dolar AS. 

Kinerja mata uang rupiah juga lebih buruk dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu yang ditransaksikan di level 15.870 per dolar AS. 

Tekanan pada mata uang rupiah meningkat di pekan ini, seiring dengan membaiknya imbal hasil US Treasury, beserta sejumlah data ekonomi yang memicu kekuatiran suku bunga global akan naik lebih tinggi lagi.

“Konflik hamas – Israel juga memicu kekhawatiran bahwa harga minyak mentah akan mengalami kenaikan. Mata uang rupiah sendiri juga memiliki beban di saat harga minyak mentah naik, karena beban mengimpor BBM menjadi lebih mahal. Dari 1 komoditas minyak mentah tersebut pada dasarnya sudah cukup untuk membebani kinerja mata uang rupiah,” sebutnya.

Jika ditambah lagi dengan adanya pembalikan  modal (capital outflow), lanjut Gunawan, maka kinerja mata uang rupiah akan mendapatkan pukulan ganda. 

Dan rentetan dari pelemahan mata uang rupiah bisa merambat ke masalah lain yakni pengendalian harga pangan. 

“Yang pada akhirnya akan bermuara pada laju tekanan inflasi yang dapat memicu penurunan kinerja ekonomi. Pada akhirnya akan kembali menekan kinerja pasar saham maupun rupiah,” terangnya.

Gunawan menambahkan, yang terjadi selama sepekan terakhir adalah tekanan di pasar keuangan yang dipicu oleh banyak faktor bak dari tanah air maupun dari sisi eksternal.

Meski demikian, harga emas selama sepekan berkinerja lebih baik dibandingkan dengan realisasi pekan sebelumnya, walaupun ditutup tidak jauh berbeda dengan kinerja di akhir pekan sebelumnya. 

“Harga emas di akhir pekan ini ditransaksikan di level US$1.985 per ons troy, atau  masih di atas 1 juta per gramnya,” tutup Gunawan. *(ika)