Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hingga Oktober, BBKSDA Sumut Tangani 59 Konflik TSL

Kepala Bidang Wilayah II  BBKSDA Sumut, Buana Darmansyah, saat memaparkan kinerja di wilayah II Siantar dalam kegiatan Coffee Morning Keterbukaan Informasi, Senin (23/10/2023).suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Medan| Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut), mencatat, hingga mendekati akhir Oktober, sudah menangani 59 konflik tumbuhan dan satwa liar (TSL). 

Data ini dipaparkan Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut, Fifin Nopiansyah dalam kegiatan Coffee Morning Keterbukaan Informasi yang digelar Senin (23/10/2023).

Fifin menyebutkan, hingga selama periode Januari-Oktober 2023, BBKSDA Sumut mencatat ada 61 kali perjumpaan dengan gajah, 149 kali perjumpaan dengan harimau Sumatera.

“Kemudian 319 kali perjumpaan dengan Orangutan dan 72.316 kali perjumpaan dengan satwa lainnya. Perjumpaan ini pada saat kami menggelar Smart Patrol,” sebut Fifin. 

Selain itu lanjut Fifin, pihaknya juga memetakan ada 199 titik lokasi rawan illegal logging di Sumut, kemudian 795 titik lokasi rawan okupasi. 

“Sumut juga memiliki kerawanan Karhutla di 31 titik lokasi dan 58 titik lokasi jalan,” lanjutnya. 

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Wilayah I  Kabanjahe,  Amenson Girsang, menyebutkan, selain menangani konflik dengan satwa liar yang tercatat sudah mencapai 24 kasus, Wilayah I BBKSDA Sumut juga masih fokus menangani perusakan kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karang Gading Timur Laut yang meliputi wilayah Langkat dan Deliserdang. 

“Paling terakhir di bulan Oktober ini, kita melakukan penangkapan terhadap pelaku perambahan untuk pembangunan sarana wisata. Dan  ini masih berproses di Kejaksaan,” kata Amenson.

Terkait Suaka Margasatwa Karang Gading Timur Laut, Kepala BBKSDA Sumut, Rudianto Saragi Napitu, mengatakan, SM Karang Gading merupakan satu-satunya di wilayah pantai timur, dan dalam kondisi sebagian rusak.

“Tetapi kita sudah melakukan rehabilitasi sekitar 3.900 hektar. Dan SM Karang Gading itu sekarang sudah kita  declare akan jadi pusat pembelajaran rehabilitasi mangrove, karena kita lakukan rehabilitasi  dalam berbagai cara,” kata Rudianto. 

Sementara untuk di wilayah II Siantar, Buana Darmansyah selaku Kepala Bidang, menjelaskan bahwa pihaknya sudah menangani 10 kali konflik TSL yang tersebar di wilayah kerja II. 

“Sekarang kami sedang berupaya menyelesaikan konflik dengan harimau di kawasan Dolok Pangaribuan. Untuk itu mohon doa agar tim kami yang saat ini sedang bergerak di lapangan bisa melaksanakan tugas dengan baik. Artinya, harimaunya terselamatkan,” ucap Buana. *(ika)