Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hanya Naik 0,65%, Bukti Kinerja Ekspor Karet Alam Sumut masih Stagnan

Getah karet alam yang siap untuk dikumpulkan. Di bulan September 2023, volume ekspor karet alam asal Sumut hanya naik 0,65% dibandingkan Agustus 2023.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Volume eskpor karet alam dari Sumatera Utara (Sumut) untuk pengapalan September 2023 tercatat seberat 24.580 ton, naik tipis sebesar 0,65% jika dibandingkan bulan Agustus yang tercatat seberat 24.422 ton. 

Tetapi jika dibandingkan September 2022, terjadi penurunan volume yang sangat besar, yakni drop 15,18% , dimana pada September 2022, volume ekspor karet alam mencapai 28.978 ton.

‘Keadaan ini menunjukkan kinerja ekspor karet alam kita yang masih stagnan,” ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, di Medan, Senin (9/10/2023).

Ekspor yang stagnan pada September ini disebutkan Edy sejalan dengan keadaan ketidakpastian global, diantaranya kebijakan suku bunga AS yang "hawkish", perang Rusia-Ukraina, ketegangan China-AS.

“Diharapkan untuk pengapalan Oktober mulai membaik seiring dengan faktor permintaan yang lebih cepat dibandingkan dengan produksi, optimisme mengenai ekonomi China dan India, serta tren harga minyak mentah,” katanya.

Edy menyebutkan, untuk pengapalan September sendiri, kondisi permintaan karet China mulai membaik. Ini ditunjukkan dengan posisi China sebagai negara tujuan ekspor September yang naik dari posisi 4 menjadi posisi 3. 

Pada September 2023, ada 27 negara yang menjadi tujuan ekspor karet alam Sumut, dimana 5 ada 5 negara tujuan, yakni Jepang (43,62%) USA (13,51%), China (7,22%), Brazil (6,85%), dan Turki (5,53%).

“Kita tahu jika China merupakan konsumen nomor 1 dunia yang mengkonsumsi lebih 40% dari 15,12 juta ton dari total konsumsi karet alam dunia pada 2022,” terangnya.

Diharapkan, volume ekspor di bulan Oktober ini akan  lebih baik walaupun Sumut masih sulit bangkit, diharapkan ada kontraksi permintaan dari pasar global. 

Sulitnya Sumut untuk bangkit masih disebabkan isu kelangkaan bahan baku. Sebagaimana diketahui bahwa sumber bahan baku yang sebagian besar dari luar provinsi.

Diantaranya Riau (20.32%), Lampung (17,43%), Aceh (8,21%), Jamb (5.21%), Kepulauan Riau (3.39%), Bengkulu (2,81%), Sumatera Barat (2,02%). 

Dimana, sentra produksi karet yang berada di selatan ekuator saat ini sedang memasuki musim kemarau. Sebaliknya, saat ini sentra produksi di utara ekuator sedang musim hujan. 

“Kedua keadaan ini menggambarkan penurunan produksi,” tambah Edy.

Harga rata-rata SICOM TSR-20 September 2023 sebesar 140,86 sen AS atau naik 10,87 sen dibandingkan bulan sebelumnya. 

Namun, sampai minggu ke-3 Oktober harga berfluktuasi dengan kecenderungan melemah. Harga penutupan pada 6 Oktober tercatat 138,6. *(ika)