Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Fokus ke Jalur Gaza, Pasar Keuangan Global Berpeluang Memburuk

Grafik pergerakan emiten. Di pekan ini pasar keuangan fokus memantau situasi di jalur Gaza.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Pasar keuangan di pekan ini akan banyak mendapat sentimen, baik yang datang dari tanah air, mau pun dari luar.

Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, sentimen luar negeri pertama datang dari kinerja inflasi inti di AS yang dirilis di akhir pekan kemarin.

Inflasi inti AS berada di level 3.7% (YoY), melemah dibandingkan dengan bulan Agustus yang sebesar 3.8%. Rilis data yang sesuai dengan perkiraan tersebut sejauh ini menggiring ekspektasi, bahwa The FED di pekan ini akan tetap mempertahankan besaran bunga acuannya. 

“Selain itu, rilis data non farm payroll dan tingkat pengangguran AS akan menjadi sentimen penggerak pasar selanjutnya di akhir pekan,” kata Gunawan di Medan, Senin (30/10/2023). 

Sementara dari tanah air, kata Gunawan,, akan ada rilis data inflasi serta PMI (purchasing manager’s index) yang akan menjadi data penentu selanjutnya. 

Meski demikian2 data tersebut tidak akan berpengaruh besar pada kinerja pasar keuangan di tanah air. Kecuali jika indeks PMI turun di bawah level 50, maka akan memicu tekanan pada pasar keuangan di tanah air.

Pelaku pasar di pekan ini akan banyak disajikan dengan sejumlah agenda ekonomi penting. Namun pelaku pasar akan lebih terfokus pada perkembangan konflik di Timur Tengah, dimana konflik yang berpeluang meluas ke negara teluk lainnya. 

Pasar keuangan tengah dibayangi rencana invasi darat Israel ke jalur Gaza, yang bisa memicu respon Iran untuk melakukan serangan langsung ke Israel.

“Jika eskalasi konflik Timur Tengah meningkat, maka kondisi pasar keuangan global sangat berpeluang memburuk,” sebut Gunawan.

Pada perdagangan awal pekan ini, sejumlah bursa di Asia bergerak sideways. IHSG diproyeksikan juga akan bergerak dengan irama yang sama dalam rentang 6.700 – 6.770. Pada sesi pembukaan pagi ini, IHSG dibuka melemah tipis di level 6.758,37.

Sementara itu, mata uang rupiah diproyeksikan akan melemah di pekan ini, meski pada sesi pembukaan pagi tadi, rupiah menguat di level 15.914 per dolar AS. Rupiah sangat berpeluang untuk menguji level 16.000 per dolar AS. 

Mata uang dolar AS pada umumnya kerap diuntungkan disaat The FED akan menetapkan besaran bunga acuannya. 

“Beban rupiah di pekan ini adalah agenda Bank Sentral AS yang diproyeksikan mempertahankan bunga acuannya, potensi kenaikan imbal hasil obligasi AS, eskalasi konflik di Timur Tengah hingga kenaikan harga minyak mentah dunia,” kata Gunawan.

Berbeda dengan mata uang rupiah, harga emas pada perdagangan akhir pekan kemarin mampu menembus US$2.000 per ons troy nya. 

Pada perdagangan pagi ini harga emas ditransaksikan bergerak stabil di level US$2.004 per ons troy. Harga emas masih berpeluang naik jika tensi geopolitik di Timur Tengah mengalami peningkatan. *(ika)