Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Faktor Eksternal Sebabkan Pasar Keuangan Diselimuti Ketidakpastian

Grafik kinerja emiten di bursa saham. Dalam sepekan kedepan, kinerja pasar keuangan akan banyak dipengaruhi faktor eksternal.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam sepekan kedepan akan banyak dipengaruhi oleh pernyataan dari pejabat The FED atau Bank Sentral  Amerika Serikat (AS). 

Di sisi lain, ada FOMC meetings yang menjadi gambaran bagaimana nantinya kebijakan suku bunga acuan akan diambil. 

Setelah itu akan diikuti dengan rilis data inflasi AS yang akan menjadi tolak ukur pelaku pasar dalam memperkirakan besaran bunga acuan nantinya.

Kondisi ini menurut Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin membuat pasar keuangan akan diselimuti ketidakpastian, ditambah China juga akan merilis data inflasi yang sangat mempengaruhi pasar nantinya. 

Situasi pasar keuangan kian tidak menentu seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik antara Hamas dengan Israel, yang telah memicu kenaikan harga minyak mentah ke level US$86.64 per barel pada pagi ini. 

‘Padahal harga minyak mentah sempat turun hingga ke level US$82 per barel di akhir pekan,” katanya di Medan, Senin (9/10/2023).

IHSG pada perdagangan hari ini dibuka naik di level 6.901, dan berpeluang bergerak dalam rentang 6.870 hingga 6.930. Meskipun ada potensi menguat, namun IHSG hanya akan menguat terbatas.

Jika merunut pada kinerja sejumlah bursa di AS yang membaik pada akhir pekan kemarin, ditambah dengan kinerja sejumlah bursa di Asia yang mengalami penguatan pada pagi ini, maka IHSG pada dasarnya di awal pekan berpeluang ditutup menguat. 

Tetapi dalam 1 pekan perdagangan selanjutnya, potensi tekanan pada IHSG masih sangat terlihat, terlebih jika berkaca pada ekspetasi sejumlah data ekonomi di luar.

“Maka potensi gejolak yang terjadi pada pasar saham sangat terbuka. Jadi potensi IHSG untuk melemah dan menguji level 6.800 nantinya sangat berpeluang terjadi,” ucap Gunawan.

Di sisi lain lanjut Gunawan, kinerja mata uang rupiah diproyeksikan akan kembali mengalami tekanan dalam sepekan kedepan. 

Mata uang rupiah cenderung melemah di saat The FED memiliki agenda yang memberikan gambaran atau menentukan arah kebijakan suku bunga acuannya. 

Rupiah pada hari ini diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 15.620 hingga 15.670 per dolar AS, dan tekanan bisa meningkat dengan potensi rupiah untuk mendekati level 15.700 per dolar AS di pekan ini. 

Dan pada perdagangan pagi ini, rupiah ditransaksikan dikisaran level 15.660 per dolar AS.

“Bank sentral AS masih menjadi salah satu pemicu pelemahan mata uang rupiah kedepan. Dan kenaikan harga minyak mentah dunia, ditambah dengan kian memanasnya tensi geopolitik di banyak negara, berpeluang menciptakan ketidakstabilan pada mata uang rupiah maupun pasar keuangan secara keseluruhan,” terangnya.

Tidak hanya rupiah maupun IHSG yang diselimuti ketidakpastian, harga emas pada perdagangan hari ini juga tengah diselimuti ketidakpastian yang sama. 

Walau dmeikian harga emas justru mendapatkan keuntungan ditengah situasi yang berkembang. Pelaku pasar lebih cenderung meminimalisir resiko akibat munculnya perang dengan membeli emas. 

Dan harga emas pada hari ini naik di level US$1.850 per ons troy. Selama sepekan emas berpeluang bergerak dalam rentang $1.830 higga US$1.870 per ons troy nya.*(ika)