Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dulu Tukar Sampah Jadi BBM, Kini Milih Sedekah Sampah Jadi Ibadah

Pendiri Bank Sampah Bantan Berseri Abadi, Armansyah Pasaribu di depan bank sampah yang berada di Jalan Seram, Kelurahan Bantan, Kecamatan Siantar Barat.suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Pematangsiantar| Sampah menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan hampir semua kota di Indonesia. 

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah maupun kelompok masyarakat untuk mengatasinya, tetapi sering kali tidak menghasilkan apa-apa. Sampah masih saja berserakan dan menggangu kualitas hidup masyarakat dan merusak lingkungan. 

Persoalan ini juga terjadi di kawasan permukiman Kota Pematangsiantar. Sampah terus menjadi masalah bagi Pemerintah Kota Pematangsiantar, sehingga mendorong Armansyah Pasaribu mencarikan solusi bagi masyarakat di kota tempat tinggalnya.

Dia pun mengajak warga di Kelurahan Bantan, Kecamatan Siantar Barat membangun bank sampah. 

“Kalau tidak salah ingat, itu menjelang akhir tahun 2019, saya mengajak tetangga bergerak bersama. Dan niat ini ternyata mendapat sambutan yang positif dari pihak kelurahan,” ujar Armansyah saat ditemui Rabu (26/10/2023) lalu.

Awalnya kata pemilik gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini, bank sampah yang diberi nama Bank Sampah Bantan Berseri Abadi ini fokus pada 3 program, yakni membeli sampah, menabung sampah dan sedekah sampah. 

Untuk menarik minat warga, pengelola bank sampah memberikan voucher bahan bakar minyak (BBM) untuk sampah yang disetorkan. 

Program tukar sampah menjadi voucher BBM ini dilakukan setelah bank sampah menerima program Coorporate Social Responsibility (CSR) dari Pertamina Fuel Terminal Pematang Siantar di tahun 2020.

Nilai voucher yang disiapkan bervariasi, mulai dari Rp5 ribu hingga Rp50 ribu. Voucher ini bisa digunakan di SPBU yang telah ditunjuk.  

Namun, menurut Armansyah yang sehari-hari berprofesi sebagai pendakwah, seiring perjalanan waktu, warga lebih memilih program sedekah sampah. Karena itu, mereka sekarang lebih masif menggaungkan tagline sedekah sampah jadi ibadah. 

Hasilnya saat ini ada sekitar 15 lembaga baik lembaga pemerintah mau pun swasta yang secara rutin menyumbangkan sampah.

“Termasuk 3 Puskesmas di Kota Pematangsiantar yang rutin menyumbangkan sampah,” lanjut Armansyah yang berusia 49 tahun ini.

Sampah-sampah yang terkumpul dari sedekah ini kemudian dijual. Tetapi hasil penjualan sampah yang bisa mencapai Rp15 juta dalam setahun itu disebutkan Armansyah tidak untuk dinikmati pengelola bank sampah, melainkan dikembalikan ke masyarakat. 

Untuk Posyandu yang sudah bekerja sama, uang hasil penjualan dikembalikan dalam bentuk pemberian makanan tambahan (PMT). 

“Sedangkan dari yang lain, kita pakai untuk berbagi paket sembako dan membayarkan uang sekolah anak-anak yang kita yakini memang tidak mampu,” terang suami dari Istiqomah ini. 

Sampah yang diterima juga ternyata tak seluruhnya dijual ke pengepul. Sebagian sampah diolah menjadi briket dan juga coneblock, yang kemudian dipasarkan secara mandiri.

“Ini mulai kami produksi sejak kami mendapatkan bantuan peralatan dari Pertamina Fuel Terminal (FT) Pematangsiantar. Memang produksinya belum banyak, karena kan tergantung permintaan,” tambahnya. 

Fuel Terminal Manager FT Pematangsiantar, Muhammad Setiawady,suaratani.com-ika

Dukungan Pertamina

Ditemui terpisah, Fuel Terminal Manager FT Pematangsiantar, Muhammad Setiawady, mengatakan, pemberian CSR kepada Bank Sampah Bantan Berseri Abadi dilakukan setelah melewati proses penelitian (social mapping) ke wilayah terdekat operasional FT. 

‘Dari hasil social mapping itu, didapatlah hal yang menurut mereka (tim seleksi-red) paling baik dijadikan CSR. Jadi, salah satunya itu penerapan bank sampah,” kata Setiawady, ketika ditemui di ruang kerjanya. 

Di tahun pertama lanjut Setiawady, bank sampah menunjukkan kinerja yang menjanjikan. Karena itu, FT Pematangsiantar lanjut memberikan bantuan berupa peralatan dan juga pelatihan di tahun kedua.

“Lantas di tahun ketiga, kita berikan bantuan berupa alat pembuat cone block itu,” terangnya. 

Sementara terkait ide memberikan voucher BBM untuk sampah diserahkan ke bank sampah, menurut Setiawady dilatarbelakangi bisnis utama Pertamina bergerak di bidang penjualan BBM.

“Kami berfikir, daripada memberikan uang tunai, maka lebih baik kami memberikan voucher BBM. Ini lebih kena ke bisnis perusahaan. Dan ini korelasinya ke CSR Pertamina,” tambah Setiawady.

Meski sudah mengantarkan Pertamina FT Pematangsiantar meraih penghargaan Silver Winner pada ajang Public Relation Indonesia Awards (PRIA Awards) kategori Community Based Development, tetapi Armansyah masih merasa belum puas. 

Ia berharap, kesadaran masyarakat mengelola sampah itu lebih meningkat.

"Karenanya kami masih mempertahankan pemberian voucher BBM, sebagai bentuk reward untuk warga yang tetap konsisten menyerahkan sampahnya," tutup Armanyah. *(ika)