Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Awal Pekan, IHSG dan Rupiah Kompak Melemah

seorSeorang warga menunjukkan uang kerta rupiah. Di awal perdagangan pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan menyusul imbal balik hasil US Treasury ke level tertinggi dalam 16 tahun terakhir.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup turun 1.57% di level 6.741,96. 

Kinerja IHSG ini menurut Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, sangat berbeda dengan kinerja pasar saham di Asia, dimana meskipun ada banyak bursa saham yang mengalami pelemahan, namun koreksinya sangat terbatas. 

“Sejumlah indikator ekonomi selama perdagangan juga tidak menunjukan adanya koreksi besar, yang berpeluang menggiring tekanan pada pasar saham di pasar Asia,” kata Gunawan di Medan, Senin (23/10/2023).

Seirama dengan pelemahan IHSG, kinerja mata uang rupiah juga ditransaksikan melemah pada hari ini. 

Gunawan menyebutkan, mata uang rupiah melemah di level 15.930 per dolar Amerika Serikat (AS) pada sesi penutupan perdagangan hari ini. 

Indeks US Treasury tenor 10 tahun kembali melonjak di atas 5%, yang menjadi salah satu pemicu memburuknya kinerja mata uang rupiah. 

Kenaikan imbal hasil US Treasury ke level tertinggi dalam 16 tahun terakhir sempat giring rupiah dekati 16.000 (15.950-an) pada hari ini.

“Rupiah dan IHSG yang terpuruk pada hari ini, kinerjanya lebih buruk dari ekspektasi sebelumnya. Tekanan pada pasar keuangan sepertinya juga belum mereda, dimana sejumlah bursa di Eropa pada perdagangan hari ini dibuka di teritori negatif. Jika bursa di AS melanjutkan tren penurunan pada perdagangan selanjutnya, maka bursa di Asia pada perdagangan besok juga berpeluang untuk ditransaksikan di teritori negative,” sebutnya.

Sementara itu lanjut pria berkaca mata ini, kenaikan obligasi AS khususnya US treasury 10 Tahun menjadi sinyal kemungkinan bahwa kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS masih ada. 

Terlebih di pekan ini nantinya akan ada pidato dari Gubernur Bank Sentral AS  Jerome Powell terkait situasi ekonomi AS. 

Disisi lain pelaku pasar juga masih meragukan kemampuan AS dalam menekan laju tekanan inflasi hingga ke level 2%. Dimana meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah telah memunculkan ketakutan akan kenaikan harga minyak. 

“Ancaman tersebut bukan hanya akan membuat inflasi sulit dikendalikan, dan pastinya akan merubah ekspektasi pembentukan suku bunga acuan ke level yang lebih tinggi,” lanjutnya.

Sementara itu, harga emas di sesi perdagangan sore ini terpantau tidak mampu bergerak banyak. Situasi konflik di Timur Tengah diyakini masih akan memburuk, yang bisa saja mendorong penguatan harga emas lebih besar. 

Investor menilai bahwa pasar tengah melihat bahwa konfik tengah meluas ke negara lain.

Meskipun harga emas pada perdagangan sore ditransaksikan dturun di level US$1.977 per ons troy, namun pasar melihat jika eskalasi konflik meningkat maka harga berpeluang kembali mendekati US$2.000 per ons troy. *(ika)