Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akhir Pekan, IHSG Terkoreksi

Papan penunjuk kinerja IHSG. Di akhir pekan, IHSG harus terkoreksi 0,12% dan ditutup di level 6.925,78.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah setelah sempat menguat di level 6.973 pada sesi perdagangan pertama, tetapi akhirnya terkoreksi 0.12% di level 6.926,78. 

Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, kinerja IHSG terpukul oleh memburuknya sejumlah bursa di Asia. 

Selain data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspetasi sebelumnya, inflasi China secara tahunan (YoY) lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya. 

Dimana rilis data inflasi China secara tahunan sebesar 0% pada bulan September, lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 0.2%.

“Kalau data inflasi AS yang naik justru memunculkan ketakutan akan kenaikan suku bunga acuan kedepan. Dan memberikan gambaran bahwa kondisi ekonomi dibayangi perlambatan atau bahkan kemungkinan resesi. Maka melemahnya data inflasi China justru menunjukan bahwa aktifitas ekonomi china tengah mengalami perlambatan,” kata Gunawan di Medan, Jumat (13/10/2023).

Disebutkan Gunawan, tidak hanya inflasi China yang menjadi tolak ukurnya. Kinerja ekspor - impor China juga masih terkoreksi. 

Jadi situasi ekonomi di AS dan China secara keseluruhan memberikan gambaran yang jelas bagaimana potensi memburuknya kinerja ekonomi global di masa yang akan datang. 

“Dan hal tersebut tentunya akan berdampak buruk bagi kinerja pasar saham,” terangnya.

Selain IHSG yang terkoreksi pada perdagangan hari ini, mata uang rupiah sebelum menjelang penutupan perdagangan juga sempat terkoreksi diatas 15.700 per dolar AS. 

Namun pelemahan rupiah terus melambat hingga menjelang sesi penutupan perdagangan. Rupiah bahkan mampu menguat tipis di level 15.680 per dolar AS pada sesi perdagangan sore akhir pekan.

Kinerja mata uang rupiah yang menguat juga terdorong oleh penurunan imbal hasil US Treasury, yang turut dibarengi dengan penurunan US$ Index. 

“Namun, yang perlu diwaspadai selanjutnya adalah harga minyak mentah yang mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini. Harga minyak berbalik naik ke evel US$85 per barel, setelah sempat berada dikisaran harga US$82 per barel,” ujar Gunawan.

Harga minyak yang naik menurut pria berkaca mata ini perlu diwaspadai mengingat tensi konflik di Timur tengah sedang berlangsung saat ini. 

“Kenaikan harga minyak mentah memicu kekuatiran akan meningkatnya kebutuhan dolar AS dan berpeluang memicu kenaikan inflasi maupun pelemahan rupiah,” tambahnya. 

Di sisi lain, harga emas di akhir pekan masih mampu menguat di kisaran level US$1.882 per ons troy, atau sekitar Rp951 ribu per gramnya. *(ika)