SuaraTani.com – Medan| Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) selama sepekan ini sulit ditebak, menyusul sentimen yang muncul berupa pernyataan yang membutuhkan penafsiran.
Pernyataan yang akan menjadi sentimen dalam pergerakan kinerja IHSG menurut Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin datanng dati Bank Indonesia dan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed.
Diketahui, kedua bank sental ini akan mengumumkan besaran suku bunga acuan yang sejauh ini diyakini pelaku pasar akan mempertahankan besaran bunga acuannya.
“Saya menilai dengan melihat sejumlah rilis data ekonomi sebelumnya, maka suku bunga akan tetap dipertahankan di level yang sama. Akan tetapi yang menjadi fokus selanjutnya adalah bagaimana testimony yang akan disampaikan oleh kedua pejabat Bank Sentral tersebut. Dan testimoninya akan menjadi motor penggerak pasar selanjutnya,” sebut Gunawan Benjamin di Medan, Senin (19/9/2023).
Sementara dari sisi data ekonomi di tanah air, inflasi di tahun 2023 di RI terus melandai dan merealisasikan angka yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sehingga kebijakan BI mempertahankan besaran bunga acuan tidak akan memberikan dampak besar bagi pasar keuangan di tanah air.
IHSG diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 6.030 hingga 7.035. Sejauh ini, Gunawan menilai The FED atau Bank Sentral AS masih akan memberikan sinyal hawkish yang berarti ada kemungkinan kenaikan bunga acuan di masa yang akan datang.
“Dan testimoni bernada hawkish, bukan hanya akan membebani kinerja IHSG, namun kinerja mata uang rupiah dan emas juga berpeluang tertekan,” ucapnya.
Rupiah diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 15.250 hingga 15.400 per dolar AS dalam sepekan kedepan.
Dan harga emas diproyeksikan akan bergerak dalam rentang US$1.900 hingga US$1.935 per ons troynya selama sepekan kedepan.
Kinerja mata uang rupiah belakangan ini tidak mendapatkan dukungan penuh dari kebijakan suku bunnga Bank sentral RI, karena kebijakannya cenderung mempertahankan besaran bunga acuan ketimbang menngikuti kebijakan Bank Sentral AS atau The FED.
Besaran bunga acuan RI saat ini memang lebih pro pertumbuhan ketimbang pendekatan moneter yang diambil Bank Sentra negara lain, yang lebih melakukan pendekatan moneter dalam meredam inflasi.
Sehingga kebijakan BI yang diproyeksikan tetap mempertahankan besaran bunga acuan tidak akan banyak mampu mendorong penguatan Rupiah.
Sementara itu harga emas diproyeksikan akan mendatar hingga testimoni The FED nantinya. Jika sinyal hawkish yang muncul dalam testimony nanti, diprediksi harga emas tidak akan banyak berubah.
“Akan tetapi jika yang muncul adalah rencana kenaikan bungn aacuan yang lebih agresif, maka harga emas berpeluang tertekan lebih dalam nantinya,” pungkasnya. *(ika)