Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gegara El Nino, Tak Ada Panen Raya Cabai Merah

Ketua Kelompok Tani (Kapoktan) Juli Tani, Yareli, saat diwawancarai di areal tanaman cabai milik kelompok tani yang berlokasi di Dusun Yogya Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, Jumat (22/9/2023).suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Deliserdang| Petani cabai merah di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang harus rela menerima penurunan produksi. 

Fenomena El Nino yang menaikkan suhu udara mengakibatkan tanaman cabai yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Juli Tani tidak mampu berproduksi secara maksimal. 

Ketua Kelompok Tani (Kapoktan) Juli Tani, Yareli, menyebutkan, idealnya cabai merah itu ditanam di suhu 28 hingga 32 derajat Celcius di siang hari dan 18-22 derajat Celcius di malam hari.

Sementara jika berdasarkan alat Automatic Weather Sensor (AWS), suhu di di daerahnya mencapai 36,5 derajat Celcius.

“Sehingga tanaman cabai itu kurang bagus pertumbuhannya. Apalagi buah saat yang di atas, itu seharusnya dia besar secara maksimal, karena daunnya juga rusak akhirnya tidak dapat terisi sehingga terjadilah penurunan produksi,” ujar Yareli kepada suaratani.com ketika ditemui, akhir pekan lalu.

Dampak penurunan produksi disebutkan Yareli sudah mereka rasakan saat masa panen di bulan Maret. 

Produksi cabai merah yang ditanam di bulan Desember 2022, mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Biasanya, dari 1 hektar, cabai merah yang dihasilnya mencapai 20 ton. Tetapi yang  terjadi justru turun dan hanya mencapai 17 ton.

"Nah saat ini di MT 1 2023 penanaman di bulan Juni kemarin, pasti nanti akan mengalami penurunan, karena rata-rata tanaman cabai kita baru pemetikan kedelapan sampai kesepuluh, itu bagian atas tanaman cabainya buahnya sudah tidak maksimal," katanya.

Normalnya lanjut Yareli, tanaman cabai merah bisa dipetik hingga 20 kali. Artinya dari pemetikan pertama kelang per 4 hari,  pemetikan atau panen bisa dilakukan 2 bulan secara full.

"Sekarang kalau prediksi saya, itu penurunannya lumayan yah. Biasanya kalau panen raya bisa 9 ton perhari untuk lahan seluas 38 hektar. Kalau sekarang yah cukup terasa lah penurunan produksinya," tutur Yareli.

Dampak El Nino untuk tanaman disebutkan Yareli  dapat dilihat langsung.

Mulai dari daun di bagian atas yang gugur, hingga populasi hama seperti thrips, tungau mau pun kutu kebul yang mengganas.

"Jadi mau tidak mau durasi penyemprotan hama dirapatkan. Dari yang biasanya dalam seminggu maksimal 4 kali, ini wajib 2 hari sekali disemprot. Karena kalau tidak, daunnya rusak karena dihisap oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jenis kutu-kutuan tadi, yah sudah pasti produksinya menurun," sebutnya.

Sarjono, petani cabai merah lainnya mengaku tidak terlalu mengerti jika kondisi yang terjadi ini akibat fenomena El Nino. 

Yang ia pahami, tanaman cabai miliknya di lahan seluas 6 rante mengalami penurunan produksi. 

Biasanya, sekali panen, cabai merah yang diihasilkan mencapai 300 kilogram, tapi kali ini hanya berkisar 150 kilogram.

“Makanya di masa panen kali ini, tak ada panen raya,” ucapnya.

Sarjono, menunjukkan tanaman cabai miliknya di Dusun Yogya Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang yang terserang hama kutu-kutuan.suaratani.com-ika

Untuk tetap menjaga produktivitas cabai merah, petani bergantung kepada sumur bor untuk memastikan pasokan air dari  bawah terpenuhi dan juga melakukan penyemprotan dari atas. 

“Hanya ini solusi yang bisa dilakukan selama El Nino. Karena itu kami berharap ini segera berakhir,” tutup Yareli. *(ika)