SuaraTani.com – Medan| Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sumatera Utara (Sumut) mengadakan penyuluhan tentang stunting bagi para kader DWP se-Sumut.
Dengan harapan para kader DWP dapat mengampanyekan pencegahan
stunting mulai dari keluarga hingga masyarakat.
Ketua DWP Sumut, Dian Arief S Trinugroho, mengatakan,
sebagai istri ASN, pihaknya ingin ikut membantu dan berkontribusi kepada
pemerintah dalam penurunan angka stunting.
“Jadi kita ingin bergerak bersama-sama meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan seorang ibu untuk mencegah anak stunting," ucap Dian
pada penyuluhan stunting melalui zoom di Aula Kantor DWP Sumut, Jalan Cik
Ditiro, Nomor 8 Medan, Rabu, (14/6/2023).
Dian menjelaskan, stunting merupakan ancaman bagi kualitas daya saing generasi muda. Karena stunting tidak hanya menggangu pertumbuhan fisiknya.
Tetapi menggangu perkembangan dan kecerdasan anak untuk berprestasi
dan berkreativitas di usia-usia produktif.
"Akibat kurangnya asupan gizi selama dalam kandungan,
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, kurang menjaga prilaku
hidup bersih, ini akan meningkatkan risiko stunting " jelas Dian.
Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Sumut berhasil menurunkan angka prevalensi stunting sebesar 4,7%, menjadi 21,1%, dari sebelumnya 25,8% pada tahun 2021.
Sedangkan target tahun 2023 mencapai 18,55% dan di tahun 2024 mencapai 14,92%.
Untuk itu, Dian berharap, dengan diselenggarakannya
penyuluhan ini, kader DWP mengerti dan memahami arti pentingnya mencegah stunting
pada anak yang bisa dimulai dari lingkungan keluarga secara khusus dan
masyarakat secara umum.
Sementara narasumber dari akademisi Politeknik Negeri Medan,
Haripin Togap Sinaga, mengatakan,
stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita, akibat
kekurangan gizi kronis selama dalam kandungan dan akan terlihat setelah anak
berusia 2 tahun.
Stunting bisa dicegah dengan melakukan prilaku hidup bersih,
konsumsi gizi yang cukup bagi ibu hamil. Karena bukan hanya konsumsi gizi yang
kurang jadi penyebab anak stunting tetapi faktor lingkungan sangat menentukan.
"Bukan hanya makanan penyebab stunting, polusi seperti
asap rokok juga harus dihindari ibu hamil dan menyusui. Jadi 30% dari makanan
dan 70% dari faktor lingkungan yang mempengaruhi anak stunting, "
jelasnya.
Haripin juga berharap, melalui penyuluhan stunting yang
digelar DWP Sumut tersebut, upaya pencegahan stunting dapat terus
dikampanyekan, terutama bagi keluarga muda yang tinggal di pelosok-pelosok
desa, agar mereka paham tentang apa itu stunting dan pencegahannya. *(wulandari)
SuaraTani.com – Medan| Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sumatera Utara
(Sumut) mengadakan penyuluhan tentang stunting bagi para kader DWP se-Sumut.
Dengan harapan para kader DWP dapat mengampanyekan pencegahan
stunting mulai dari keluarga hingga masyarakat.
Ketua DWP Sumut, Dian Arief S Trinugroho, mengatakan,
sebagai istri ASN, pihaknya ingin ikut membantu dan berkontribusi kepada
pemerintah dalam penurunan angka stunting.
“Jadi kita ingin bergerak bersama-sama meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan seorang ibu untuk mencegah anak stunting," ucap Dian
pada penyuluhan stunting melalui zoom di Aula Kantor DWP Sumut, Jalan Cik
Ditiro, Nomor 8 Medan, Rabu, (14/6/2023).
Dian menjelaskan, stunting merupakan ancaman bagi kualitas
daya saing generasi muda. Karena stunting tidak hanya menggangu pertumbuhan
fisiknya, tetapi menggangu perkembangan dan kecerdasan anak untuk berprestasi
dan berkreativitas di usia-usia produktif.
"Akibat kurangnya asupan gizi selama dalam kandungan,
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, kurang menjaga prilaku
hidup bersih, ini akan meningkatkan risiko stunting " jelas Dian.
Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Sumut berhasil menurunkan angka prevalensi stunting sebesar 4,7%, menjadi 21,1%, dari sebelumnya 25,8% pada tahun 2021. Sedangkan target tahun 2023 mencapai 18,55% dan di tahun 2024 mencapai 14,92%.
Untuk itu, Dian berharap, dengan diselenggarakannya
penyuluhan ini, kader DWP mengerti dan memahami arti pentingnya mencegah stunting
pada anak yang bisa dimulai dari lingkungan keluarga secara khusus dan
masyarakat secara umum.
Sementara narasumber dari akademisi Politeknik Negeri Medan,
Haripin Togap Sinaga, mengatakan,
stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita, akibat
kekurangan gizi kronis selama dalam kandungan dan akan terlihat setelah anak
berusia 2 tahun.
Stunting bisa dicegah dengan melakukan prilaku hidup bersih, konsumsi gizi yang cukup bagi ibu hamil.
Karena bukan hanya konsumsi gizi yang
kurang jadi penyebab anak stunting tetapi faktor lingkungan sangat menentukan.
"Bukan hanya makanan penyebab stunting, polusi seperti
asap rokok juga harus dihindari ibu hamil dan menyusui. Jadi 30% dari makanan
dan 70% dari faktor lingkungan yang mempengaruhi anak stunting, "
jelasnya.
Haripin juga berharap, melalui penyuluhan stunting yang
digelar DWP Sumut tersebut, upaya pencegahan stunting dapat terus
dikampanyekan, terutama bagi keluarga muda yang tinggal di pelosok-pelosok
desa, agar mereka paham tentang apa itu stunting dan pencegahannya. *(wulandari)