Pengolahan hasil bumi yang memberi nilai tambah tersebut memiliki banyak manfaat seperti umur produk yang lebih panjang dan harga di tingkat petani yang tetap terjaga.
Hal tersebut disampaikan Mendag Zulkifli Hasan saat meninjau fasilitas Edufarm PT Nestlé di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Jumat (3/3/2023).
“Hanya satu langkah lagi, diolah menjadi ekstrak. Produk akan tahan dalam jangka waktu tahunan, produk itu akan dibutuhkan seluruh dunia, bisa dikirim ke mana saja dan kapan saja, tahan lama, harganya pun tetap bagus. Intinya adalah diolah,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Mendag Zulkifli Hasan menggambarkan peran bersama dari para pemangku kepentingan di kawasan Amerika Latin yang ada di hulu sampai hilir untuk mengembangkan biji kopi yang memiliki nilai tambah.
Menurutnya, upaya tersebut turut menjadi faktor kokohnya industri kopi di kawasan tersebut.
“Petani dan pemerintahnya bersatu. Kopi diolah, tidak dijual mentah. Sampai ke pembukaan kedai-kedai kopinya, sehingga ada nilai tambah yang tinggi,” kata Mendag.
Untuk itu, Mendag pun menyampaikan bahwa menjaga harga yang baik di tingkat petani merupakan hal yang penting.
Maka, perlu ada peran bersama dari para pemangku kepentingan untuk memastikan petani mendapatkan harga yang baik untuk hasil bumi yang mereka produksi.
“Tidak bisa sendiri, harus diselesaikan bersama. Hasil bumi ditampung, harganya bagus, punya nilai tambah,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Dalam kunjungan ke Edufarm PT Nestlé Indonesia tersebut, Bupati Tanggamus, Dewi Handajani menyampaikan potensi Tanggamus di bidang perkebunan, khususnya perkebunan kopi.
Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Provinsi Lampung. Dari luas daerah 2.646 kilometer persegi, sebanyak 84 ribu kilometer perseginya merupakan area perkebunan kopi. Ia pun berharap pemerintah pusat dapat semakin memfasilitasi upaya-upaya memperkuat aspek perdagangan dari komoditas pertanian di Lampung, tidak terkecuali kopi.
“Kurang lebih 30% kopi yang dihasilkan Lampung disumbang Kabupaten Tanggamus. Harapan kami, pemerintah melalui Menteri Perdagangan dapat memfasilitasi jaringan yang lebih luas lagi, membantu permodalan, distribusi dan pemasaran, pengetahuan dan wawasan, serta kapasitas petani di Tanggamus,” kata Dewi.
Sementara itu, Direktur Corporate Affairs PT Nestlé Indonesia, Sufintri Rahayu, menyampaikan,Nestlé menjalin program-program kemitraan dengan mitra bisnisnya, termasuk petani lokal.
Hal tersebut menjadi salah satu upaya Nestlé dalam mewujudkan komitmen untuk maju bersama Indonesia di berbagai sektor.
Salah satu bentuk kemitraan Nestlé dengan parapetani di Provinsi Lampung adalah pembinaan 20 ribu petani kopi di Tanggamus dan Lampung Barat.
“Tim AgriService kami senantiasa membantu untuk mendukung para petani kopi untuk melakukan pertanian yang berkelanjutan serta mendistribusikan bibit kopi unggul di bawah program Global NESCAFÉ Plan. Upaya tersebut mendorong kami menjadi pembeli susu dan kopi terbesar di Jawa Timur dan Lampung, dengan pembelian yang mencapai lebih dari Rp4,4 miliar per hari atau Rp1,6 triliun per tahun, serta nilai pembelian kopi melampaui Rp1,2 triliun per tahun,” kata Sufintri.
Dalam kegiatan kunjungan ini, Nestlé menyerahkan bantuan bibit kopi pilihan secara simbolis. Penyerahan tersebut turut disaksikan Mendag Zulkifli Hasan.
Nestlé Indonesia telah beroperasi dan berinvestasi di Indonesia sejak 1971. Sejak 1994, Nestlé telah bermitra dengan petani kopi lokal di Lampung untuk mendukung produksi kopi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. *(jasmin)