Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Persiapkan Masa Tua dengan Investasi di Reksa Dana



 
Seorang milenial memperhatikan produk reksa dana. Untuk menghindari diri menjadi sandwich generation, generasi milenial didorong untuk berinvestasi lebih awal lewat produk reksa dana.suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Medan| Mempersiapkan diri memenuhi kebutuhan hidup di saat sudah masuk usia pensiun acap kali masih dilakukan dalam bentuk tabungan di bank. Padahal, menabung saja tidak akan cukup  mengimbangi kenaikan harga-harga barang di masa pensiun. 

Jadi, salah satu cara  yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan nilai mata uang setiap tahunnya  adalah melalui investasi di usia produktif.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara (Sumut), Pintor Nasution, mengatakan, banyak yang belum memahami bagaimana cara berinvestasi yang praktis, mudah, dan terjangkau, terutama  bagi  generasi milenial yang baru mulai berkarir. 

Dalam bayangan sebagian kaum milenial, berinvestasi butuh modal besar, sehingga seringkali mayoritas anak muda  menunda atau menunggu punya uang  dalam jumlah yang besar. 

“Yang terjadi justru tidak mulai-mulai berinvetasi, dan tanpa sadar sudah memasuki usia pensiun. Oleh karena itu, banyak yang kemudian menjadi generasi “Sandwich” atau generasi yang terjepit, karena perlu membiayai orang tua yang sudah pensiun dan membiayai anak-anak mereka,” ujar Pintor Nasution di Medan, Sabtu (18/2/2023).

Karena itu kata Pintor, salah satu cara untuk memutus jebakan menjadi “Sandwich Generation” adalah dengan cara berinvestasi sejak dini. 

Yaitu, sejak ketika mendapatkan penghasilan atau gaji pertama. Caranya, dengan menyisihkan 10% saja dari total penghasilan per bulan.

Nantinya daba tersebut disa diinvestasikan dengan membeli produk investasi reksa dana yang terjangkau buat kantong milenial. Cukup dengan Rp100 ribu per bulan, masing-masing calon investor bisa mulai berinvestasi reksa dana. 

Prinsip investasi salah satunya adalah  berinvestasi sedini mungkin  agar dapat melipatgandakan uang di masa depan. 

Artinya, dana investasi yang dikelola setiap individu berpotensi memberikan  return investasi setiap tahun. 

Walaupun hanya Rp100 ribu tiap bulan, jika disisihkan secara konsisten selama 30 tahun ke depan, nilainya akan bertumbuh bagaikan bibit tanaman yang dalam jangka panjang akan menjelma menjadi pohon yang kokoh dan tidak berhenti berbuah. 

“Apalagi jika jumlah investasi tersebut ditambah secara berkala seiring kenaikan penghasilan. Dengan tetap berpatokan pada komposisi 10% setiap bulan dari gaji atau income usaha,” sebutnya.

Pintor mencontohkan, jika saat ini penghasilan per bulan seorang individu adalah Rp1 juta per bulan. Ketika individu tersebut rutin mengalokasikan dana Rp100 ribu/bulan selama 30 tahun, maka nilai uang investasi yang disisihkan akan menjadi  Rp37.594.800 (dengan asumsi rata-rata return Reksa Dana Pendapatan Tetap 10 tahun terakhir). 

“Bandingkan jika kita hanya menyimpan uang Rp100 ribu/bulan di tabungan maka nilainya hanya akan menjadi Rp36 juta dalam 30 tahun. Bunga bank tidak dihitung karena ada potongan biaya administrasi dan pajak. Nah, bayangkan jika selama 30 tahun itu kita juga menaikkan pembelian reksa dana seiring penambahan income kita,” terangnya.

Dijelaskannya, hasil investasi reksa dana bervariasi tergantung jenis reksa dana. Ada 4 jenis reksa dana, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. 

Berdasarkan urutan ini, potensi return makin besar dari kiri ke kanan. Namun, sesuai rumus investasi yaitu high risk, high return, semakin besar potensi investasi, semakin besar pula risiko investasi.

Risiko utama dari investasi adalah risiko fluktuasi harga reksa dana. Namun, fluktuasi harga ini bisa dikelola dengan cara melakukan investasi dalam jangka panjang melewati rentang waktu siklus naik turun pasar modal yang umumnya terjadi setiap lima tahunan. 

Jadi jika berinvestasi untuk masa pensiun, sejak usia kita 20-an tahun atau 30-an tahun, maka risiko fluktuasi harga relatif bisa dikelola. 

“Jangan panik jika melihat nilai investasi reksa dana kita turun pada periode waktu tertentu. Hal ini karena kita akan berfokus untuk pertumbuhan jangka panjang, bukan volatilitas dalam jangka pendek. Di sisi lain, pembelian yang dilakukan saat harga unit reksa dana sedang rendah berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi pula di masa depan,” pungkasnya. *(ika)