Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ekonomi Sumut Tumbuh, Tapi Kondisi Ekonomi Terasa Lebih Sulit

Getah karet yang siap dikumpulkan untuk dijual.suaratani.com-dok

SuaraTani.com – Medan| Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) diminta untuk tetap mewaspadai beberapa indikator ekonomi yang tetap berpotensi memburuk di tahun 2023 mendatang.

jika menelisik rilis pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumut yang sebesar 4.73% selama tahun 2022,  memang patut disyukuri.

Tetapi jika melihat di kuartal keempat tahun 2022 dibandingkan kuartal ke tiga di tahun yang sama, beberapa sektor lapangan usaha mengalami perlambatan, bahkan beberapa diantaranya justru terkontraksi atau tumbuh negatif.

Pemerhati ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, beberapa sektor lapangan usaha yang terkontraksi secara kuartalan adalah industri pengolahan (-0.45%), pertanian kehutanan dan perikanan (-1%), perdagangan reparasi mobil dan motor (-0. 14%). 

Sementara sejumlah sektor yang melambat atau turun adalah konstruksi, pertambangan dan penggalian serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Sementara itu lapangan usaha yang masih mampu tumbuh di kuartal keempat adalah transportasi dan pergudangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. 

“Sejumlah lapangan usaha yang terkontraksi ini tidak terlepas dari penurunan harga sawit selama kuartal keempat tahun 2022 kemarin, sehingga industri pengolahan maupun sektor pertaniannya mengalami tekanan yang cukup signifikan,”  ujar Gunawan Benjamin di Medan, Jumat (17/2/2023)..

Perlambatan pada sektor lapangan usaha tersebut yang harus tetap diwaspadai di kuartal pertama tahun 2023 ini. Karena penurunan harga CPO maupun sawit masih terus berlanjut meskipun terlihat melandai dibandingkan kuartal keempat tahun 2022. 

Mengingat kinerja sektor pertanian sangat dipengaruhi dengan fluktuasi harga sawit, dimana sedikit saja terjadi kenaikan pada harga sawit, maka kinerja sektor pertanian kehutanan dan perikanan mengalami kenaikan yang cukup besar, demikian juga sebaliknya.

Pemerintah harus fokus ke sektor tersebut, mengingat penggerak dominan sektor ini justru datang dari sawit. 

Dimana kenaikan harga pupuk dan penurunan harga sawit ditambah kebijakan pembatasan ekspor, memiliki peran signifikan dalam merubah daya beli masyarakat di wilayah ini. 

“Karena kita tidak bisa mengandalkan sektor yang mampu tumbuh di kuartal keempat kemarin, karena pertumbuhannya lebih dipengaruhi oleh Natal dan Tahun Baru,” sebutnya. 

Itulah mengapa, meksipun ekonomi mampu tumbuh, namun justru ekonomi terasa makin sulit belakangan ini. Ditambah lagi adanya kenaikan sejumlah kebutuhan hidup yang cukup signifikan. 

Sehingga jangan sampai terbuai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang terlihat bagus di tengah resesi global saat ini.

“Karena menurut saya masyarakat Sumut juga turut merasakan dampak resesi ekonomi dunia, yang tercermin dari melemahnya kinerja ekspor, kenaikan sejumah biaya input produksi pertanian, pelemahan harga jual komoditas pertanian, hingga laju kenaikan kebutuhan hidup khususnya setelah pemerintah menaikkan harga BBM sebelumnya,” pungkasnya. *(ika)