Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tingkat Fertilitas Sumut Turun dalam Kurun 5 Dekade Terakhir

Ketua Tim Statistik Sosial BPS Provinsi Sumut, Azantaro saat membacakan hasil Long Form SP2020 secara daring, Senin (30/1/2023).suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat, fertilitas Sumut menurun dalam 5 dekade terakhir. 

Sensus Penduduk 1971 mencatat angka Total Fertility Rate (TFR) sebesar 7,20 yang berarti seorang perempuan melahirkan sekitar 7 anak selama masa reproduksinya. 

Sementara Long Form SP2020 mencatat TFR sebesar 2,48 yang berarti hanya sekitar 2-3 anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya. 

“Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil LF SP2020 menuju Replacement Level,” ujar Ketua Tim Statistik Sosial BPS Provinsi Sumut, Azantaro saat membacakan hasil Long Form SP2020 secara daring, Senin (30/1/2023).

Azantaro mengatakan, angka kelahiran menurut kelompok umur tertentu (Age Spesific Fertility Rate atau ASFR) untuk periode 3 tahun terakhir sebelum LF SP2020 menunjukkan banyaknya kelahiran pada perempuan kelompok umur tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur tersebut.

Puncak ASFR terletak pada Wanita umur 25-29 tahun. Terdapat 159-160 kelahiran dari 1.000 perempuan umur 25-29 tahun. 

Angka kelahiran sebesar 21 kelahiran diantara 1.000 perempuan umur 15-19 tahun. Meningkat tajam menjadi 106-107 kelahiran per 1.000 perempuan umur 20-24 lalu mencapai puncaknya pada kelompok umur 25-29 tahun. 

“Pada kelompok umur selanjutnya, angka kelahiran menurun hingga sebesar 2-3 kelahiran per 1.000 perempuan umur 45-49 tahun,” katanya.

Sementara menyangkut  Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant Mortality Rate (IMR), selama periode 1 dekade, menurun signifikan dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2010 menjadi 18,28 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020.

Peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI membuat bayi semakin mampu bertahan hidup.

Angka kematian bayi di Sumut paling tinggi sebesar 25,63 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020 berada di Kabupaten Nias Selatan. 

“Sedangkan paling rendah berada di Kota Medan 15,09 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020,” sambungnya.

Sedangkan untuk angka kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR), jika merujuk kepada hasil Long Form SP2020  menunjukkan di Provinsi Sumut sebesar 195.

Artinya terdapat 195 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. 

“Jika dibandingkan SP2010, MMR Sumatera Utara menunjukkan tren menurun. Penurunan angka kematian ibu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mencapai hampir 33,90%,” tambahnya. 

Lebih jauh dikatakan Azantaro, Hasil LF SP2020 menunjukkan bahwa angka migrasi netto seumur hidup di Sumut sebesar -10,93 yang artinya lebih banyak peristiwa migrasi keluar seumur hidup dibanding migrasi masuk seumur hidup. 

Dengan kata lain secara total ada sekitar 10 dari 100 penduduk yang lahir di Sumut dan saat ini sudah tinggal di luar Sumut. 

Apabila dirinci, angka migrasi keluar seumur hidup di provinsi Sumatera Utara hasil LF SP2020 sebesar 13,74% yang artinya ada sekitar 13 dari 100 penduduk yang lahir di Sumut namun saat ini tinggal di luar provinsi Sumut. 

Angka ini lebih besar dibandingkan angka migrasi masuk seumur hidup. Angka migrasi masuk seumur hidup mengalami penurunan dalam lima dekade terakhir

Pada SP1971 angka migrasi masuk seumur hidup mencapai 8,27%, atau sekitar 8 dari 100 penduduk yang tinggal di Sumut tidak lahir di Sumut. 

“Angka migrasi seumur hidup berdasarkan hasil LF SP2020 mencapai 3,77%. Dengan kata lain, sekitar 3 dari 100 penduduk yang tinggal di Sumut tidak lahir di Sumut,” pungkasnya. *(ika)