SuaraTani.com – Medan| Pengendalian hama lalat buah pada tanaman jeruk di Sumatera Utara (Sumut), hingga saat ini menjadi skala prioritas pemerintah maupun petani.
Sebab, organisme penganggu tumbuhan (OPT) yang satu sangat merugikan petani. Buah jeruk akan busuk dan gugur bila sudah terserang lalat buah.
Hal itu kerap membuat petani mengalami kerugian dalam jumlah besar. Karena itu, petani selalu diminta untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tanaman guna menekan serangan yang lebih luas lagi.
Berdasarkan data yang diperoleh SuaraTani.com, Selasa (3/1/2023), hingga saat ini hama lalat buah masih mendominasi serangan OPT pada tanaman jeruk petani.
Sepanjang tahun 2022, luas serangan hama lalat buah pada tanaman jeruk mencapai 2.806,6 hektare.
“Namun secara keseluruhan kumulatif luas serangan OPT pada tanaman jeruk sepanjang tahun 2022 mencapai 3.379,5 hektare,” kata Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas TPH Sumut, Marino, Selasa (3/1/2023), di Medan.
Menurut Marino, tidak hanya lalat buah saja yang menyerang pertanaman jeruk petani namun juga beberapa OPT lainnya yang turut menyerang.
Seperti hama penggerek buah dengan luas serangan mencapai 479,7 hektare, kutu sisik 45 hektare, jamur upas 27 hektare dan kutu dompolan 21,2 hektare.
Dari semua OPT itu, kata Marino, lalat buahlah yang paling banyak menyerang dengan luas serangan mencapai 2.806,6 hektare dengan kategori serangan ringan dan 0,5 hektare dengan kategori serangan sedang.
Sejauh ini, kata Marino, tidak ada tanaman yang mengalami puso atau gagal panen. Semua serangan masih tahap serangan ringan.
Untuk mengendalikan serangan OPT pada tanaman jeruk, pihaknya kata Marino, selalu mengajak para petani untuk melakukan gerakan pengedalian (gerdal) secara preventif sebelum terjadi serangan.
Kemudian, memberikan bantuan pestisida yang ramah lingkungan serta melakukan monitoring ke seluruh pertanaman.
“Jadi, tidak menunggu serangan luas dulu baru gerakan pengendalian dilakukan. Tim pengamat dan pengedali OPT kita selalu melakukan monitoring di lapangan,” jelasnya.
Memang selama ini kata Marino, untuk lalat buah, cukup meresahkan para petani jeruk di Sumut termasuk di Kabupaten Karo yang menjadi basis atau sentra jeruk di Sumut.
Banyak cara yang sudah dilakukan pemerintah bersama petani, namun serangan lalat buah masih tetap. Hanya saja, luas serangannya semakin menurun dan dengan tingkat serangan yang rendah.
“Tidak ada lagi pertanaman jeruk petani yang puso gara-gara serangan lalat buah. Mudah-mudahan semua bisa dikendalikan,” ujarnya.
Tetapi hal yang harus diingat petani adalah menjaga kebersihan di sekitaran pertanaman jeruk. Jangan sampai lingkungan pertanaman jeruk kotor. Buah-buah yang jatuh harus dikubur atau dijauhkan dari tanaman.
Karena salah satu pemicu lalat buah adalah lingkungan yang kotor. * (junita sianturi)