SuaraTani.com – Jakarta| Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, menegaskan, kerja sama ekonomi Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Union/EAEU) harus dipererat.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka persetujuan perdagangan bebas (FTA) kedua negara harus diselesaikan.
Hal ini mengemuka dalam pertemuan Mendag Zulkifli Hasan dengan Anggota Dewan-Menteri Integrasi dan Ekonomi Makro Komisi Ekonomi Eurasia( Eurasian Economic Commission/EEC), Sergei Glazyev di Jakarta, pada (27/1/2023).
Perundingan IEAEU-FTA diluncurkan secara resmi oleh Menteri Perdagangan RI dan Anggota Dewan Menteri Perdagangan EAEU pada 5 Desember 2022 lalu secara daring. Saat ini kedua pihak masih menyusun draf kerangka acuan perundingan IEAEU-FTA.
Perundingan putaran pertama direncanakan dilaksanakan pada kuartal pertama 2023,yaitu di bulan Maret/April tahun inidan ditargetkan dapat diselesaikan dalam waktu dua tahun.
“Peluncuran perundingan FTA Indonesia-EAEU merupakan momentum bersejarah untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Beberapa cakupan isu perundingan dalam IEAEU-FTA meliputi perdagangan barang, aturan asal barang (rules of origin), pengamanan perdagangan (trade remedies).
Prosedur kepabeanan fasilitasi perdagangan (customs procedure and trade facilitation),sanitasi dan fitosanitasi, hak kekayaan intelektual, hambatan teknis untuk perdagangan,persaingan usaha, serta perdagangan digital.
Pada pertemuan tersebut, kedua menteri juga membahas Indonesia-EECJoint Working Group (JWG).
Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan, Indonesia dan EECmemiliki Nota Kerja Sama untuk membentuk JWG sebagai forum diskusi tentang kerja sama teknis dalam rangka peningkatan perdagangan dan investasi.
“Indonesia menyambut baik berbagai inisiatif dalam rangka mengoptimalkan potensi hubungan ekonomi bilateral, sangat penting bagi kedua pihak untuk menyelesaikan perundingan secepatnya,” ujar Mendag Zulkifli Hasan.
Sebelumnya, Nota Kerja Sama (Memorandum of Cooperation/MOC) telah ditandatangani pada 17 Oktober 2019 di sela-sela Trade Expo Indonesia.
Nota kerja sama tersebut akan dijadikan landasan untuk memulai kerja sama teknis di berbagai bidang guna meningkatkan perdagangan dan investasi serta mengurangi hambatan di antara kedua pihak.
Sementara Menteri Sergei mengungkapkan, meskipun hubungan perdagangan bilateral sudah cukup baik namun masih terdapat ruang untuk ditingkatkan.
“Perjanjian FTA dan diskusi kerja sama teknis di bawah Nota Kerja Sama diharapkan dapat mendorong arus perdagangan dan investasi dua arah,” imbuhnya.
Pada periode Januari—November 2022, total perdagangan Indonesia dan EAEU mencapai US$4,0 miliar, naik 32,75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara pada 2021, perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$3,33 miliar. Pada periode ini, ekspor Indonesia ke EAEU tercatat sebesar US$1,52 miliar sedangkan impor Indonesia dari EAEU tercatat sebesar US$1,82 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke EAEU di antaranya minyak kelapa sawit, minyak kelapa kopra, karet alam balata, alas kaki kulit, serta margarin.
Sementara impor Indonesia dari EAEU di antaranya pupuk mineral/kimia (kalium), produk setengah jadi besi baja, paduan fero, batu bara briket, dan pupuk mineral/kimia (nitrogen).
Pada 2021 EAEU menempati posisi ke-30 sebagai sumber investasi asing langsung (FDI) Indonesia dengan nilai investasi US$23,2 juta yang terdiri dari 214 proyek.
Nilai ini meningkat 404,49% dibanding tahun 2020 yang tercatat sebesar US$4,6 juta. *(jasmin)