.jpeg)
SuaraTani.com – Tidore| Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) menebar benih ikan lokal (restocking) 3.000 ekor ikan nemo dengan berbagai varian di perairan Tidore Provinsi Maluku Utara sebagai dukungan pelaksanaan Sail Tidore.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, mengatakan, kegiatan seperti ini merupakan perwujudan menjalankan strategi konsep ekonomi biru agar tercapai pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Penebaran ikan nemo ini mengantisipasi kepunahan ikan endemik di perairan Indonesia.
“Ikan nemo yang dikenal juga sebagai clown fish merupakan salah satu komoditas yang sangat diminati oleh para penghobi ikan hias. Oleh karenanya, untuk menjaga kelestariannya maka perlu dijaga agar tidak punah, salah satunya dengan restocking ini,” ujar Pak Dirjen yang kerap disapa Tebe pada keterangannya.
Tebe menambahkan, restocking benih ikan nemo diperairan Tidore, Maluku Utara ini merupakan hasil proses budidaya. Dipilihnya ikan nemo untuk restocking juga sudah dikaji dan perairan disini tempatnya untuk ikan-ikan karang tersebut.
“Kegiatan restocking ini merupakan kegiatan rutin Kementerian Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan di berbagai perairan umum di Indonesia. Tujuan kegiatan restocking ikan untuk mempertahankan dan melestarikan ekosistem perairan, memelihara kesehatan lingkungan perairan serta mempertahankan keberlanjutan perikanan,” imbuh Tebe lagi.
Hingga saat ini, berbagai komoditas budidaya telah berhasil dikuasai antaranya berbagai jenis ikan lokal asli Indonesia, kemudian berbagai jenis ikan hias laut ekonomis tinggi seperti berbagai jenis ikan nemo.
“Keberhasilan produksi ikan massal ini menjadi terobosan penting dalam upaya pelestarian sumberdaya perikanan di Indonesia. Kita tetap menjaga laut, agar selalu sehat dengan tetap menjaga keseimbangan aspek ekologi, ekonomi dan sosial,” tutur Tebe.
Sedangkan, Kepala BPBL Ambon, Sarwono, menambahkan, hingga saat ini 50 varian ikan nemo telah dibudidaya di BPBL Ambon. Adapun keberhasilan BPBL Ambon membudidaya ikan nemo, lantaran aktif melakukan metode kawin silang, yang saat ini dapat menghasilkan 50 varian ikan nemo.
“Berbagai jenis nemo yang dibesarkan di BPBL Ambon bervariasi dan banyak dicari para pecinta ikan hias. Oleh karenanya, BPBL Ambon terus berupaya melakukan inovasi teknologi perbenihan, untuk komoditas yang dikembangkan masyarakat karena bernilai ekonomi tinggi, juga untuk menjaga kelestarian sumber daya laut,” kata Sarwono.
Adapun proses inovasi teknologi yang dilakukan dengan mengunakan sistem budidaya ikan secara intensif, menggunakan infrastruktur yang memungkinkan untuk memanfaatkan air secara terus-menerus (resirkulasi air). Seperti filter fisika, fisika biologi, UV, oxigen generator untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah penggunaan air dan meningkatkan tingkat hidup ikan. “Alhamdulillah proses ini berhasil dan lagi terus kami kembangkan,” tandas Sarwono.
BPBL Ambon menyiapkan sebanyak 3 ribu ekor ikan nemo dengan 9 varian yaitu gold nugget, white nugget, lightning maroon, balong, balong padang, picaso, platinum, onyx dan biak.
Sebagai informasi selama tahun 2022, BPBL Ambon telah berhasil memberikan bantuan ikan hias laut, baik untuk kebutuhan pembudidaya dan juga untuk restocking perairan umum dengan total sebanyak 20 ribu ekor, yang tersebar di Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, dan Wakatobi. *(putri)