SuaraTani.com – Medan| Petani Hidroponik mengembangkan tanaman hidroponik dengan menghasilkan produk turunan. Cara ini dilakukannya sebagai salah satu strategi bisnis di tengah pandemi Covid-19.
Seperti yang dilakukan owner Syifa Hidroponik, Suardi Raden, yang terus berinovasi mengembangkan tanaman hidroponik dan membuat produk turunan.
Ia mengembangkan ide dengan membuat produk menjadi makanan ringan seperti kripik sayur sawi, kangkung, kribo yang dibuat dengan varian rasa.
"Awal mula itu dari istri memanen sayuran hidroponik yang sangat banyak. Bingung memasarkannya, hingga akhirnya istri saya mencoba berinovasi mengolah menjadi bahan makanan ringan. Pertama itu menjadi nugget, kripik lalu dibuat varian rasa," katanya saat ditemui di rumahnya, Jalan Bromo, Lorong Amal No.11, Tegal Sari II, Medan, Senin ( 7/3/2022).
Inovasi itu tidak tanggung-tanggung dilakukan Raden beserta istrinya Rahmayety. Mereka mulai membuat packaging untuk produk turunan makanan ringan sayuran hidroponik tersebut. Untuk harga, makanan tersebut dijual dengan Rp15 ribu per bungkus.
Tak hanya mengelola sayuran hidroponik menjadi makanan ringan. Saudi Raden pun menciptakan produk terbaru dari bunga telang yakni sirup bunga telang, yang hasil tanaman di pekarangan rumahnya.
"Kebetulan setahun ini juga, di masa pandemi Covid-29 anak saya mencoba membuka usaha coffee shop di rumah setelah kembali dari bekerja di luar negeri. Kami berinovasi, dengan membuat minuman dengan campuran dari bunga kelang," ujarnya.
Saudi Raden pun mengaku dari semua usaha yang didapatnya, ia bisa meraih pendapatan setiap bulannya sebesar Rp40 juta di masa pandemi Covid-19 ini. Meskipun, sebelum pandemi dia bisa mendapatkan lebih dari angka tersebut.
Selama 10 tahun menjalankan usaha ini, ia merasakan jatuh bangun menjalankan bisnisnya. Tetapi keberanian untuk maju ia mulai bergerak. Pertama kali menjadi petani hidroponik, Raden belajar dari platfrom digital youtube, bersama istri pada 2013. Memanfaatkan barang bekas sebagai awal memulai usaha ini.
"Saya pernah menjadi pemulung untuk mencari barang bekas yang digunakan untuk bercocok tanam hidroponik. Seperti bekas air mineral ukuran besar atau kecil, barang-barang bekas lain,. Pada 2014 saya beranikan diri ikut pameran di mall Kota Medan, " katanya.
Lulusan bidang Informasi dan Teknologi (IT) ini mengatakan berkat dari usaha ini dia pernah dinobatkan sebagai pahlawan lokal (local hero) di bidang pertanian oleh salah satu bank di Indonesia.
"Mungkin dipilih menjadi figur inspiratif dinilai dari banyak inovasi yang dibuat ke masyarakat. Kita juga terus berupaya mengembangkan kelompok usaha perseorangan atau kelompok tani yang dikembangkan," ungkapnya.
Keseriusan Suadi Raden membangun bisnis hidroponik ini, membuatnya kerap kali diundang untuk memberi pelatihan ke masyarakat.
Setidaknya, 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara sudah dijalankannya, bahkan di provinsi lain. Bekerja sama dengan dinas terkait, ia melatih bagaimana membuat tanaman hidroponik hingga bagaimana bisa menjadi produk turunan.
"Saya ingin menjadi orang berguna untuk masyarakat. Berbagi ilmu. Satu lagi, dalam menjalankan usaha ini tidak lepas dari yang namanya sedekah, karena itu juga selalu kuncinya," pungkasnya, *(rag).