SuaraTani.com – Bandung| Kementerian Perindustrian berupaya mewujudkan Indonesia mandiri dalam produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Hal ini perlu ditopang dengan memacu kemampuan industri di tanah air agar dapat memanfaatkan teknologi tinggi sekaligus mengoptimalkan penggunaan bahan baku lokal.
“Oleh karenanya, kami mendorong peran penting PT Len Industri (Persero) untuk mendukung NKRI dalam konteks kemandirian alutsista khususnya di bidang teknologi berbasis elektronik,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita kepada wartawan sesuai melakukan kunjungan kerja di PT Len Industri (Persero), Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/6/2021).
Menperin memberikan apresiasi kepada PT Len Industri atas strateginya dalam pengembangan berbagai produk unggulannya yang turut berkontribusi dalam menjaga kedaulatan bangsa.
“Melihat peran PT Len sebagai integrator, pemerintah akan mendukung pengembangan ekosistem industri elektronika sebagai penunjang proses bisnis perusahaan,” tuturnya.
Pengembangan akan didorong ke arah brainware atau software sesuai dengan karakteristik bisnis yang mementingkan perangkat lunak untuk menjaga keamanan dan keselamatan.
“Selain sebagai lead integrator untuk memenuhi kebutuhan alutsista berbasis teknologi elektronik, PT LEN juga memiliki dua operasional pentingnya, yaitu pengembangan industri transportasi khususnya di bidang perkeretaapian dan industri energi baru terbarukan melalui pembuatan panel surya,” paparnya.
Menurut Agus, beragam inovasi yang diciptakan PT LEN Industri akan dapat meningkatkan daya saing Indonesia dan mendongkrak perekonomian nasional.
“Contohnya adalah pengembangan panel surya yang sejalan dengan tekad pemerintah dalam mendorong green economy,” tuturnya.
Menperin pun mengapresiasi upaya PT LEN industri untuk melakukan pendalaman struktur industri hingga ke bagian hilir untuk membuat sel surya dengan mengolah bahan baku pasir silika.
“Tentunya upaya ini akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian Indonesia baik dari sisi kemampuan industri maupun dari transfer teknologi,” tutur Agus.
Di samping itu, Len sebagai pemain utama dan satu-satunya industri persinyalan kereta api di Indonesia telah masuk ke dalam proyek-proyek pemerintah.
Untuk memperkuat posisi perusahaan di pasar dalam negeri, implementasi ketentuan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) perlu diperkuat untuk memastikan produk dengan nilai TKDN tinggi tidak kalah dengan produk impor.
Kedepannya, perusahaan akan mengincar pasar ekspor dengan dukungan pembiayaan dari pemerintah.
Guna mendukung produktivitas PT LEN Industri, Menperin menyebutkan beberapa hal penting yang perlu dipacu, antara lain mengenai fasilitasi kemudahan ekspor, pemenuhan kebutuhan baku, serta perumusan TKDN.
“Upaya ini tentunya butuh dukungan dari pemangku kepentingan terkait, seperti lintas kementerian dan lembaga,” imbuhnya.
Agus optimistis, kinerja PT LEN Industri bisa menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong perusahaan BUMN tersebut untuk mengembangkan ekosistem industri elektronika agar dapat mendukung bisnis utamanya.
Jadi Lead Integrator
Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin menjelaskan, pihaknya akan menjadi lead integrator BUMN industri pertahanan dan sebagai brainware alutsista yang digunakan oleh TNI, baik matra darat, laut, maupun udara.
Sehingga sangat dibutuhkan kolaborasi yang kuat antar anggota BUMN industri pertahanan, yaitu Len Industri, Pindad, Dirgantara Indonesia, Dahana dan PAL Indonesia.
Berbeda dengan BUMN pertahanan lain yang berfokus pada kemandirian dalam memproduksi alutsista dan amunisi, PT Len Industri di dalam holding BUMN industri pertahanan berperan menjadi sistem integrator dari alutsista-alutsista tersebut.
Baik itu alutsista baru hasil produksi dalam negeri, luar negeri, maupun alutsista yang sudah ada di TNI.
”Untuk menjawab tantangan dalam memenuhi peran sebagai integrator tersebut, PT Len Industri telah memiliki hasil pengembangan berbagai produk lini pertahanan mulai dari Sistem Command & Control (C2), Sistem Sensor, dan Sistem Komunikasi,” imbuh Bobby.
Pengembangan tersebut diperlukan dalam pembangunan sistem integrasi alutsista yang dikenal sebagai konsep terintegrasi C4ISR (Command, Control, Communication, Computer, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) dan menerapkan Network Centric Warfare (NCW) sesuai doktrin dan kebutuhan pertahanan TNI di Indonesia.
Dalam kesempatan kunjungan ini, Menperin beserta rombongan melihat langsung demo produk Radar Surveillance Len S-200, Ruang C4ISR, fasilitas produksi modul surya dan fasilitas produksi alat komunikasi (alkom).
Bobby mengharapkan dukungan dari Kemenperin mengenai regulasi khusus untuk perhitungan TKDN produk elektronika pertahanan, memasukkan persyaratan TKDN pada tender proyek pertahanan dan transportasi.
“Selain itu, dukungan investasi dalam pembangunan pabrik solar cell dan semikonduktor maupun pembangunan pusat inovasi dan industri radar nasional yang akan dikembangkan PT Len Industri,” ujar Bobby.
Bobby juga berharap Kemenperin bisa menjadi inisiator dalam membentuk ekosistem industri-industri dalam negeri, khususnya di bidang pertahanan.
“Banyak produk PT Len Industri yang sudah memiliki nilai TKDN tinggi, misalnya sistem persinyalan kereta yang mencapai 40,69% (Sistem Interlocking SiLSafe) dan 59,96% (Trackside Signalling SiLTrack), di mana sistem tersebut sudah terpasang di lebih dari 250 stasiun di seluruh Indonesia. Dan juga sudah membuat sistem kereta api otomatis pertama di Indonesia menggunakan teknologi CBTC di Skytrain Bandara Soekarno Hatta,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier menyampaikan pentingnya inovasi produk elektronika untuk kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpahankam).
“Sesuai dengan perkembangan kompleksitas Alpahankam, Kemenperin akan mendorong industri elektronika dalam negeri untuk terus berinovasi agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai Holding BUMN Industri Pertahanan, Len harus didukung agar menjadi yang terdepan dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan high-level nantinya,” papar Taufiek. *(jasmin)