Tidak hanya dari aspek teknis, BBPBAP Jepara juga berhasil mengintegrasikan peran multi-stakeholders dalam pengembangannya, khususnya peran pemerintah daerah dan kelompok masyarakat sebagai penerima manfaat langsung.
Hal tersebut ditandai dengan panen raya udang di lahan percontohan seluas 5 hektare milik Pokdakan Mina Barokah di Kecamatan Sungai Pasir, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Gemi Triastutik, mengatakan, KKP mengapresiasi keberhasilan percontohan klaster di Sukamara.
Menurutnya keberhasilan ini bisa menjadi model yang bisa dikembangkan di daerah lain. Terlebih menurutnya, ada pekerjaan rumah besar dalam menggenjot nilai ekspor udang sebesar 250% di tahun 2024.
Gemi memprediksi, jika daerah potensial lainnya mampu menerapkan model seperti di Sukamara, target kenaikan ekspor akan dengan mudah tercapai.
Saat ini India sebagai pesaing utama, tengah dilanda gelombang kedua Covid-19 yang sangat parah dan data menunjukkan ada trend penurunan ekspor udang India terutama ke Amerika Serikat dalam periode Januari-Maret 2021.
“Ini menjadi momen kita untuk menangkap peluang kekosongan suplai yang ada. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono juga menyampaikan bahwa pasar udang semakin menjanjikan terlebih mengingat sudah adanya teknologi untuk meningkatkan produksi," jelas Gemi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (24/5/2021).
Sementara itu, Kepala BBPBAP Jepara, Sugeng Raharjo, menegaskan bahwa inovasi teknologi yang dihasilkan BBPBAP Jepara harus mampu diukur dari kinerja dampak secara ekonomi. Menurutnya, BBPBAP Jepara harus menjadi center of excellent yang secara langsung memberikan daya ungkit langsung terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pembudidaya ikan.
Selain itu, keberhasilan panen udang di klaster tambak Sukamara ini disebabkan karena ada integrasi antara inovasi dan manajemen terpadu yang berjalan efektif pada setiap subsistem mulai dari pendampingan teknologi, penguatan kelembagaan, dan peran multi-stakeholders di dalamnya.
“Saya kira ini kunci kita dan kedepan model-model seperti ini akan kita kembangkan dan replikasi di wilayah binaan kami," tegas Sugeng.
Sugeng memastikan BBPBAP Jepara mulai merubah paradigma pendekatan pengembangan dari hanya bersifat parsial menjadi lebih komprehensif, sehingga target tidak berhenti pada output tapi lebih penting adalah dampak bagi perekonomian masyarakat.
"Inovasi terus kita kembangkan, dan kita akan lakukan berbagai evaluasi agar inovasi bisa dikembangkan dengan konsep pengembangan yang terukur secara sosial ekonomi dan berkesinambungan. Untuk Sukamara ini, kami akan mengkaji lebih detail seberapa jauh dampak secara ekonomi terutama mengukur rantai nilai pada setiap subsistem usaha yang terkait," pungkasnya.
Mampu Menggerakkan Ekonomi Masyarakat
Pada panen raya tahap pertama, Pokdakan Mina Barokah berhasil meraup hasil produksi sebanyak 17,6 ton untuk 8 petak tambak dari total 18 petak atau sekitar 3 hektare, dengan rata-rata produktivitas mencapai 10 ton per hektare.
Menurut Humaidi, Kepala Desa Sungai Pasir, dari total lahan 5 hektare, masing-masing untuk petak produksi budidaya seluas 3 hektare, petak tandon seluas 1 hektare dan seluas 1 hektare untuk pengelolaan limbah.
"Kami panen tahap satu pada delapan petak dengan hasil memuaskan. Apalagi ini khan baru pertama kali dikenalkan konsep budidaya udang vaname di wilayah kami. Dengan hasil ini, saya kira sudah jadi ukuran bahwa potensi yang ada layak untuk dikembangkan dan budidaya udang bisa jadi alternatif yang menjanjikan bagi masyarakat," ungkap Humaidi, saat dihubungi.
Ia juga memastikan bahwa percontohan klaster ini telah menarik animo masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan mulai bermunculan usaha sejenis di sekitarnya.
Dari panen tahap pertama ini, Humaidi memperkirakan ada perputaran dana hanya dari hasil produksi saja mencapai sekitar Rp1,15 miliar, jika rata-rata harga udang dibandrol Rp65 ribu per kg. Belum lagi perputaran dari sub sistem usaha penunjang lainnya.
Humaidi juga menjelaskan, dampak awal dari percontohan ini dari sisi serapan tenaga kerja cukup banyak yang terlibat. Untuk tenaga kerja tetap sendiri minimal 30 orang, belum lagi tenaga tidak tetap yang bisa mencapai ratusan.
Ini termasuk karena di luar lahan percontohan sendiri, telah memicu pemanfaatan lahan baru mencapai 30 hektare dari pembiayaan swadaya.
“Pada kesempatan ini, kami sangat berterima kasih sekali pada KKP dalam hal ini BBPBAP Jepara atas pendampingan, sekolah lapang yang sangat bermanfaat bagi kami untuk mengembangkan usaha ke depan. Tentu didukung oleh komitmen Pemda melalui pak Bupati," kata Humaidi.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Sukamara, Windu Subagyo, menyatakan komitmennya untuk bersinergi dalam memanfaatkan potensi lahan tambak yang ada. Ia mengatakan Pemda akan all out menyiapkan berbagai fasilitas baik infrastruktur maupun dari sisi regulasi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.
"Saya pastikan Pemda akan selalu siap memfasilitasi berbagai kemudahan akses baik dari aksesibilitas infrastruktur, perlindungan kawasan dan regulasi. Berkembangnya model seperti ini sangat berdampak langsung bagi pergerakan ekonomi daerah. Intinya kami akan terus berkolaborasi dengan KKP untuk saling mengisi tanggungjawab sesuai kewenangannya. Tentu tidak hanya berhenti pada kawasan ini, kami sudah sepakat dengan pak Kepala Balai Jepara untuk menggarap potensi lainnya," jelas Windu. *(jasmin)