Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Panen Berlangsung, Petani Sirapit Nikmati Tingginya Harga Gabah

Kepala UPT PTPH Sumut (tiga kiri) melakukan kunjungan ke Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit yang saat ini, Rabu (14/4/2021) melakukan panen. suaratani.com - junita sianturi

SuaraTani.com – Langkat| Saat ini, petani di Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sedang memasuki masa panen yang kedua. Luas panen diperkirakan mencapai 1.205 hektare yang tersebar di empat desa, yakni Desa Tanjung Brihan, Gunung Tinggi, Aman Damai dan Desa Suka Pulung.

“Ini khusus di Kecamatan Sirapit saja. Dan, kita perkirakan masa panen akan berakhir pada bulan Mei mendatang,” kata Koordinatpr Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Sirapit Irman saat kunjungan Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Marino, Rabu (14/4/2021) di lokasi panen petani di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit. 

Dalam kunjungan itu, turut serta  Kasi Pengamatan OPT PTPH Rukito, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) Kabupaten Langkat Miswandi, dan POPT-PHP Juwandi. 

Menurut Irman,  panen kali ini petani diuntungkan dari segi harga, karena harga jual gabah petani saat ini lumayan tinggi. Di tingkat petani, tiga hari lalu, harga gabah kering panen (GKP) sempat berada di kisaran Rp5.150 per kilogram (kg). Dan, hari ini harga turun sedikit menjadi antara Rp4.800 – Rp4.950 per kg, tergantung mesin panen yang dilakukan.

“Biasanya harga gabah yang dipanen dengan mesin combine lebih tinggi dibanding thresher, selisihnya mencapai Rp200 per kg,” jelas Irman.  

Dikatakannya, untuk tahun 2021 ini, petani di Kecamatan Sirapit  akan melakukan indeks pertanaman empat kali dalam setahun atau IP4,00. Hal ini memunginkan dilakukan mengingat lahan persawahan di Sirapit termasuk irigasi teknis, sehingga kebutuhan air di masa pertanaman dapat terpenuhi. 

“Di Desa Tanjung Brihan saat ini sedang melakukan penyemaian bibit untuk penanaman ketiga kali,” kata dia. 

Untuk hama dan penyakit, Irman mengatakan, tidak terlalu berpengaruh meski penanaman dilakukan secara terus menerus seperti sekarang ini, menjelang IP3,00. 

“Memang ada serangan hama penggerek batang tapi persentasi serangannya tidak terlalu luas, dan serangan itu langsung kita atasi dengan melakukan Gerdal atau gerakan pengendalian. Sehingga serangannya tidak meluas,” ujar Marino.

Selain itu, kata Marino, dengan ditanamnya tanaman refuzia (tanaman pelindung) mampu menekan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman padi. 

Di samping itu, kata Marino, petugas POPT-PHP di lapangan selalu aktif melakukan pengamatan atau monitoring serangan OPT di lahan petani. 

“Jadi, laporannya selalu masuk ke provinsi, sehingga kita bisa melakukan tindakan segera mungkin guna mencegah penyebaran yang lebih luas,” kata Marino. 

Sebelumnya, Salman petani padi di Desa Aman Damai yang sedang melakukan panen padi mengakui ada serangan penggerek batang pada tanaman padinya dan petani lainnya. Namun, menurutnya tingkat serangan tidak terlalu besar, berkisar 10%. 

"Saat ini petani padi di Sirapit  menikmati harga jual gabah yang tinggi. Hari ini kami menjual berkisar Rp4.800 - Rp4.900 per kg, gabah basah," jelasnya. * (junita sianturi)