SuaraTani.com - Medan | Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut) mencatat, volume ekspor karet alam asal Sumut di sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan 7,6% dibanding tahun 2019 sebesar 380.005 ton. Sementara untuk penjualan lokal tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 6% menjadi 47.928 ton.
“Sehingga secara keseluruhan, total penjualan baik untuk ekspor mau pun lokal tahun 2020 mengalami penurunan 7,3% atau menjadi 427.933 ton dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah lewat pesan singkat, Minggu (17/1/2021).
Edy menyebutkan, selain dikarenakan pandemi Covid-19 yang menjadi faktor utama, penurunan volume eskpor juga sedikit dipengaruhi oleh penundaan pengapalan (delay shipment) yang terjadi pada periode November-Desember 2020.
“Karena pihak buyer harus menyesuaikan ketersediaan kontainer dari shipping company,” sebutnya.
Dikatakan Edy, penurunan volume ekspor tertinggi terjadi di bulan Mei sebanyak 14.975 ton. Sementara yang tertinggi di bulan Oktober sebanyak 40.543 ton.
“Dan ekspor karet kita itu terbanyak masih ke lima negara tujuan utama ekspor yakni Jepang (21,8%), USA (15,7%), China (12,5%), India (7,5%), dan Brazil (7,1%),” katanya.
Sementara untuk rata-rata harga karet TSR20 di tahun 2020, terjadi penurunan harga hingga 6,3% menjadi US$ 131,7 sen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Pada perdagangan 14 Januari, harga TSR20 untuk kontrak Februari tercatat US$156 sen. Penurunan harga pada tahun 2020 utamanya juga diakibatkan pandemi Covid-19,” terangnya.
Di tahun 2021 ini, Edy mengatakan pihaknya optimis volume ekspor karet alam ada peluang tumbuh berkisar 3% dari pencapaian tahun 2020. Optimisme ini berdasarkan kepada mulai membaiknya kegiatan industri dunia.
“Hal ini sejalan adanya pengendalian Covid-19 dengan vaksinasi yang sudah mulai dijalankan di beberapa negara,” pungkasnya. * (ika)